Hubungan Kita
Waktu tak pernah
berhenti bak sejenak. Waktu akan terus berjalan tak peduli apa kondisi hatimu
saat ini. Satu-satunya yang tak pernah dan tak akan bisa diajak kompromi, ya
hanya waktu.
Kejadian itu sudah
berlangsung begitu lama. Tapi tak pernah seharipun aku melupakan hari yang
bersejarah itu. Benar, bagiku itu adalah hari bersejarah. Bumi telah
mempertemukan kita tanpa sedikitpun terfikir sebelumnya.
Bagaimana mungkin kita
bisa mencari makan di tempat yang sama ? bukankah ada banyak warung yang
menjual aneka makanan? Tak ada yang menuntun mata kakiku untuk melangkah
kesana. Atau mungkin, hatiku telah mendengar bisikan hatimu dan meminta agar
aku berhenti disana. Atau jangan-jangan seseorang telah berbisik padamu kalau
aku akan mengisi perut kosongku disana. Diwarung pertama kali aku melihatmu.
Disudut sana, tak
begitu jauh dari tempatku duduk, kau dan beberapa temanmu sedang menyantap
seisi piringmu. Kita tak saling kenal sebelumnya. Aku yakin kau juga tak pernah
melihatku. Bahkan aku tak tertarik sedikitpun padamu. Kalau aku berkata yang
sejujurnya, aku lebih ingin kenal dekat dengan teman priamu yang duduk di
sebelahmu. Kau memiliki badan yang kurus. Bodymu juga tak sekeren
mantan-mantanku. Tak ada hal yang menarik saat pertama kali tanpa sengaja aku
menoleh ke arahmu. Disana juga aku mendapati kau sedang menatapku dan
melemparkan senyummu padaku.
Tapi kau begitu berani
untuk datang menemuiku. “boleh kita kenal lebih jauh satu sama lain ?” itu
kalimat pertama yang kudengar dari bibir merah mudamu itu. Aku tipe orang yang
tak mau terlalu curiga pada orang lain. kupersilahkan kau duduk tepat
dihadapanku. Kini kita berada di satu meja yang sama. Sekedar saling kenalan
tak apalah. Mungkin esok hari tanpa sengaja kita akan bertemu lagi, aku akan
lebih mudah untuk bertutur sapa denganmu. Kuladeni semua pertanyaanmu. Tak ada
yang mencurigakan, kau hanya bertanya hal-hal umum mengenai dimana aku tinggal,
mengapa aku hanya makan sendirian, dan aku rasa itu cukup pembicaraan yang
normal. Ntah bagaimana ceritanya aku sempat memberimu nomor kontakku.
Ternyata, kau juga pria yang begitu hangat. Hari-hari
terus berjalan. Kita mencoba untuk saling berkomunikasi. Walaupun hanya
mengandalkan ponsel, ntah mengapa rasanya aku selalu nyaman menjalani ini
semua.
Kini kita tak hanya
sebatas teman. Kita bahkan sudah menjadi sepasang kekasih. Aku tau, ini berat
bagiku juga bagimu. Kita hanya bertemu dan kenalan sekilas. Kita belum telalu
mengenal satu sama lain secara langsung. Kita harus sudah dipisahkan dengan
jarak yang sangat jauh. Pulau telah memisahkan kita. Mau dikata apa. Kita harus
melanjutkan study kita masing-masing.
Tak hanya sekali dua kali.
bahkan sering aku merasa tak kuat menjalani hubungan yang mereka sebut “LDR”
ini. Teman-temanku juga sering menganggap aku hanya melakukan hal yang sia-sia.
Mereka bilang, aku hanya menghabis-habiskan waktu yang akhirnya akan berpisah
denganmu.
bersambung...anggreyansinaga.)
Comments
Post a Comment