DOSA TERINDAH
Menjadi anugrah terindah bagiku saat mengenal dua orang ibu beranak itu. dua bidadari dengan wangi tubuh yang sangat khas. Mila namaya. Dia seorang ibu yang sangat mandiri. Bertahun-tahun ia mengasuh buah hatinya hingga kini berubah sama seperti dirinya, bidadari yang diinginkan oleh semua orang. Aku tak pernah tahu bagaimana bisa suaminya meniggalkannya, dia juga tak pernah menceritakan hal itu padaku. Jadi aku tak tahu jelasnya, lelaki beruntung yang telah mempersunting wanita itu kini telah tak ada di dunia lagi atau hanya sekedar sedang berada di negeri lain, entahlah aku belum punya nyalai menyakan hal itu padanya.
Pertemuan yang diawali hanya karena anaknya tak sengaja menyenggolku saat buru-buru naik busway sehingga semua buku-buku yang terapit di lenganku semua berantakan. Tak ada rasa marah sebenarnya pada diriku saat itu. melihat yang menyenggolku adalah seorang gadis cantik berkulit bersih dengan rambut tergurai bebas. Sebelum ia minta maaf, ibunya yang sangat mirip padanya terlebih dahulu melontarkan maaf padaku. Sebagai seorang lelaki yang berhati besar, aku mengajak mereka untuk minum di kafe terdekat terlebih dahulu karena mereka tak terlalu buru-buru sambil saling berkenalan. aku juga sudah tak menganggap penting lagi urusanku melihat dua bidadari yang sangat elok rupanya berada di depanku.
Sejak hari itu, aku selalu dipermudah untuk bertemu dengan mereka. Jika hari ini aku bertemu dengan mila saat ia sedang belanja di supermarket, mungkin besok aku akan bertemu dengan anaknya bersama dengan teman-temannya yang lain. tak jarang juga aku diundang untuk makan malam di rumah mereka. Beberapa kali kucoba juga membalas keramahan keluarga kecil itu dengan mengajak mereka makan direstoran yang memang sedang kukelola tiga tahun terakhir.
Semakin hari semakin terlihat suram. Bagaimana tidak ? aku mulai menginginkan mila yang kini usianya telah memasuki kepala empat dan ia pantas menjadi ibuku. Tapi kecantikannya yang luar biasa sama sekali tak memperlihatkan usianya yang sebenarnya. Aku juga tak mampu membohongi diriku yang sangat mencintai anaknya. Aku bahkan tak rela jika aku melihatnya sedang jalan berdua dengan teman prianya.
Anugrah terindah itu kini perlahan-lahan berubah menjadi dosa yang akan membusukkan hati yang hanya sekepal ini. Lantas apa yang harus kulakukan ? semua datang dengan sendirinya, mengalir dan berjalan apa adanya.
Comments
Post a Comment