sepenggal cerita Paul

Panggil aja aku Paul. Kini usiaku 19 tahun. Menunggu beberapa hari lagi, aku akan menjadi salah satu dari mereka yang berkepala dua. Itu berarti aku bukan anak ABG lagi. Aku ingin cerita sedikit mengenaiku. Aku ingin sedikit flash back mengenai cerita hidupku.
Beberapa tahun lalu, saat aku masih duduk dibangku SMA, aku begitu popular diantara teman-teman sepermainanku. Bukan sombong, tapi itu adanya. Teman-teman seangkatan banyak yang jatuh hati padaku. Begitu bisik-bisik yang kudengar. Tapi sepertinya itu benar adanya. Sebagai cowok sejati pastilah aku tahu apakah cewek itu suka atau tidak padaku.

Setiap aku bermain bola, baik volley maupun footsal mereka selalu ada dipojok sana memperhatikan permainanku. Aku sadar itu. mulai dari adik kelas sampai teman seangkatanku. Hampir setiap malam ada yang mengirimkanku sms dengan nomer yang aku gak tahu. Aku tak terlalu meladeni mereka. Karena aku tak begitu tertarik pada mereka.
Ada satu cewek anak kelasku. Awalnya aku gak tahu kalau dia punya rasa padaku. Karena memang ia anaknya pendiam. Kami hampir tak pernah saling ngobrol walaupun satu kelas. Teman-teman bilang ke aku, kalau dia suka padaku. Aku tak begitu menanggapinya.
Semakin lama aku perhatikan sosoknya, ternyata ia seorang cewek yang sangat manis. Ia juga baik. Aku pun memilih teman sharing yang kutahu lumayan mengenalnya. Teman sharingku ternyata menganggap kalau kami adalah pasangan yang cocok. Tampaknya ia mendukung hubungan kami ini.
Akhirnya aku pun menjadikannya sebagai pacarku. Ternyata aku tak salah memilihnya. Tak salah juga teman-teman yang telah mendukung kami untuk bersatu.
Tapi itu tak berlangsung lama. Kami harus mengakhiri hubungan kami yang belum genap satu tahun. Kami harus menjalani study masing-masing dan jarak kita sangat jauh. Mungkin ini bukan alasan yang tepat untuk mengudahi hubungan yang masih sangat baru ini. Bukan kami satu-satunya pasangan yang LDR, dan bukan kami juga pasangan pertaman yang harus menjalani situasi seperti ini.
Ntahlah, aku gak tahu salah dimana. Sudah hampir dua tahun aku tak bertemu dengannya. Aku gak tahu apa dia disana masih sendiri sepertiku. Aku juga gak tahu apa dia disana masih mengharapkanku untuknya.
Hanya tinggal menghitung hari, ulang tahunnya sudah ada di depan mata. Kami berulang tahun dihari yang sama. Aku gak tahu harus bersikap apa, dan harus berbuat apa dihari yang bersejarah buat kami berdua.
Apa aku masih membutuhkan dukungan teman-temanku untuk menemuinya? Apa aku masih membutuhkan teman sharing untuk memberiku masukan? Masukan gimana caranya aku bisa mengajaknya menjadi teman hidupku ?

Aku rasa aku hanya butuh sedikit olahraga mental untuk bisa menemuinya. dan berharap ia masih sendiri.

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Jaringan Kerja

Pengalengan Maret 2022

Metode Jalur Kritis