Jadi Guide Amatiran

19 agustus 2013, temanku semasa SMA yang sekarang kuliah di Bandung datang berkunjung ke jogja. Dia membawa seorang temannya. Mereka minta agar aku bawa mereka jalan-jalan sekedar berkeliling jogja, sedangkan aku saja tak pernah kemana-mana selama di jogja. Karena aku termasuk salah satu mahasiswa kupu-kupu alias mahasiswa kuliah pulang-kuliah pulang. Mau gak mau, aku harus bawa temanku dan pastinya hanya mengandalkan trans jogja.
Senin pagi mereka sampai di stasiun tugu pukul empat subuh, karena trans jogja beroprasi mulai pukul setengah enam, terpaksalah mereka menungguiku disana sampai pukul enam lewat sedikit. Kulihat mereka kedinginan, kuajak makan di warung terdekat. Mereka tak menolak. Aku hanya mengambil nasi telur ditambah teh manis hangat. Aku sangat kaget saat bayar, karena tukang warung minta bayaran sebelas ribu. Waw..seharusnya itu hanya berkisar lima ribuan. Sama halnya dengan temanku, mereka bayar masing-masing tigabelas ribu, karena lauk kami berbeda.
Siang menjelang sore, aku ajak mereka ke taman sari. Pastinya dari malioboro kami naik becak. Standart, kami bayar ongkos beca sekali jalan lima ribu rupiah. “mbak..saya tunggu aja ya disini. Nanti pulangnya naik ini lagi” kata bapaknya pada kami setelah dia turunkan kami di halaman taman sari.
Dan ternyata gerbang taman sari udah di tutup. Yah, kami gak bisa masuk. Tapi ada seorang bapak yang membuka gerbang, jadi kami bisa masuk untuk sekedar mengambil beberapa jepret foto. Lalu kami memutuskan jalan lagi lewat gang sempit untuk mencari-cari hal yang masih bisa dinikmati walaupun kami gak bisa masuk ke dalam gedungnya. Sebenarnya sih, saya udah pernah ke taman sari, tapi tak begitu paham jalan-jalannya. Kami memutuskan untuk jalan saja walaupun sama-sama tak tahu.
Saat kami lagi di perjalanan untuk melihat-lihat bangunan tua bersejarah itu, seorang ibu-ibu lewat dari sebelah kami dan bertanya, “mbaknya udah ngeliat kubah bawah tanah? Sini tak tunjukin” kami masuk lorong bawah tanah, yang tadinya udah terkunci. Tapi dia beri kode pada seorang bapak di dalam yang lagi bersih-bersih, dengan syarat kami bayar sukarela. Kami bayar enam ribu rupiah. Kami anggap saja ini masuk bayar tiket. Lalu kami melihat-lihat lagi, sesekali jepret sana-jepret sini. Lama-kelamaan, kami sudah tidak nyaman lagi dengan ibu yang masih saja menguntiti kami dan berlagak seperti guide. Dan kami juga mulai curiga, yang tadi kami fikir hanya sekedar memberi petunjuk jalan pada kami. Pasti ada maunya, kenapa dia selalu mengikuti kami. Kami bilang padanya, kalau kami mau jalan sendiri saja. dan apa yang dia bilang? “mbak..saya disini pemandu taman sari. Jadi saya minta sukarela, paling tidak seratus dua puluh ribu” begitu aku mendengar kalimat yang meluncur dari bibirnya. What ? kami pun sempat ngomong dalam bahasa daerah kami, bahasa batak agar ibu itu tidak mengerti. Kok gini, kok gitu.
“berapa buk ?”
“berapa buk?”
” maksudnya apa sih?”
“Maksdunya gimana sih?”
Haha..dasar ! kami bodoh, atau sok bodoh. Berkali kali dia jelaskan agar kami membayarnya. Kalau kami harus bayar uang sebanyak itu, kami gak mungkin punya uang sebanyak itu, dalam hati.
“dua puluh ribu maksudnya?”
“ia mbak” katanya pelan. Kami tunjukkan ekspresi kaget kami disertai protes-protes dan bilang kalau kami gak punya duit, kami gak tahu kalau beliau itu guide, kami hanya berfikir kalau dia itu wanita baik hati yang mau menunjukkan jalan pada kami. Akhirnya kami pun memberi lima belas ribu rupiah.
Hari udah semakin sore, kami memutuskan untuk keluar dari taman sari. Ops..kami salah jalan. Kami keluar jauh dari gerbang utama taman sari. Akhirnya kami masuk lagi ke taman sari dan bertanya pada penduduk sekitar darimana jalan keluar agar kami keluarnya tepat di gerbang utama jalan sari. Ternyata gang kecil yang seharusnya jalan sebenarnya tepat dihadapan gang kecil yang tadi membawa kami ke arah yang salah. Disana, di halaman taman sari masih ada bapak tukang becak yang menghantar kami tadi kesini. Udah sepi. Mungkin pengunjung udah pada pulang. Di tengah perjalanan, sembari bapaknya menggoes becak, bapaknya selalu meminta kami agar belanja. Belanja batik. Tapi teman-temanku tujuannya bukan belanja, tapi sekedar ngebolang.
“mbak..beli batiknya, murah kok. Ada yang 25an per potongnya”
“ia pak..kami gak mau belanja, mungkin besok-besok saja. lagian masih beberapa hari lagi kok kami tinggal di jogja” begitu temanku menanggapi perkataan bapak tukang becak yang sudah setengah baya itu.
“besokkan gak ketemu saya lagi mbak. Yang murah aja, satu potong, bla-bla-bla..aku gak terlalu mendengar omongan bapak itu dengan jelas. Karena kami naik beca bertiga dan aku duduk ditengah dengan badan harus dicondongkan ke depan, karena emang tempat duduknya hanya muat berdua. jadi aku hanya focus perpegangan pada bacak agak posisiku aman. Hehe
“ia pak..kami gak mau belanja. Besok saja” aku menjawab demikian. Lalu temanku menunjukkan HP nokianya padaku. Dilayarnya tertulis “mungkin maksudnya kita beliin bapaknya baju satu potong seharga 25ribuan” dalam hatiku “wadduh” aku hanya tersenyum dan mulai dong maksutnya. Haha. Dasar telmi.
Kamipun minta diturunkan sama bapak tukang becak di sekitar titik nol. “mbak, dua puluh saja” watt ? lagi-lagi hal tak terduga harus kami hadapai.
“Wah..orang jogja kok gini ya? Diam-diam, lembut-lembut tapi ada maunya. Sip-sip manguloki” katanya. Sip-sip manguloki itu bahasa daerah kami yang berarti diam-diam tapi berbisa seperti ular yang sangat mematikan. Lagi-lagi kami berdebat dengan bapakknya, terulang lagi perdebatan dan tawar menawar seperti pada ibu-ibu yang berlagak seperti guide tadi. Dengan segala macam argument yang saling menguntungkan bagi diri sendiri antara kubu saya dan bapak tukang becak, akhirnya kami memberi uang selembar berwarna merah kinclong. Harga sepuluh ribuan.
“terimakasih pak” rasa jengjel kami kami akhiri dengan mengucapkan terimakasih. Ya..setidaknya bapakknya telah mengantar dan menunggui kami selama kami mutar-mutar di taman sari sekitar kurang lebih satu setengah jam. Berkisar setengah jam kami hanya duduk di titik nol, dan mengambil beberapa jepret foto batik, kami pun memutuskan untuk mengakhiri perjalanan hari ini. Kamipun pulang ke kos dan pastinya naik trans jogja tercinta.
13813312401419191093

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Jaringan Kerja

Pengalengan Maret 2022

Metode Jalur Kritis