Komunikasi Untuk Bertahan .
Sekitar
beberapa tahun lalu, saat saya menjadi mahasiswa baru di salah satu universitas
saya dipertemukan dengan banyak orang asing. Tidak hanya banyak, bagi saya
semuanya orang asing. Karena memang benar, saya tidak mengenal satupun diantara
mereka. apalagi saat itu, saya belum memiliki satu kenalan pun di kota ini.
Sering kali saya berfikir, saya mengambil keputusan yang salah untuk bersekolah
di sini. Di tempat dimana saya seperti orang hilang, sebatang kara, dan tidak
memiliki kemampuan apa-apa untuk melarikan diri dari sebuah tempat yang
benar-benar mengerikan. Tapi jika dipikir-pikir, sebenarnya mereka bukanlah
orang asing. Melainkan sayalah yang menjadi orang asing.
Ia,
saya berasal dari seberang pulau datang ke sini untuk sekolah. Saya menemui
orang-orang disini yang notabene adalah penduduk asli sini. Walaupun bukan
semua penduduk sini, paling tidak selebihnya ya masih di sekitaran sini.
Budaya, bahasa, gaya hidup tidak banyak perbedaan bagi mereka. Nah, saya dari
luar pulau sangat asing dengan semuanya ini. Makanya, yang tadinya saya fikir
bahwa saya berada di antara orang asing, kenyataanya bahwa sayalah orang asing
itu.
Tapi
bagaimana saya akan bisa bertahan disini ? hal yang tidak mungkin jika saya
harus pulang ke asal saya hanya karena saya asing sendiri disini. Yaa..mau
tidak mau saya harus berbaur dengan mereka. Tapi tetap, saya tidak harus
menjadi mereka. Ingatkan ada pepatah yang mengatakan “mengaumlah di kandang
singa, menggonggonglah di kandang anjing, tapi tidak perlu menjadi singa maupun
anjing” ini cukup membantu untuk beradaptasi di tempat yang baru.
Dan,
yang menjadi kendala bagi saya, saya tidak segampang itu untuk menjadi bagian
dari mereka. Saya hanya bisa menjadi bagian dari beberapa mereka. Tapi sebatas
ini membuat saya betah dan bisa bertahan hidup disini, its
OK.
Khususnya di kampus, saya tahu hampir
semua mahasiswa angkatan saya. Hanya sekedar tahu. Saya tahu wajahnya, saya
tahu namanya, saya tahu kelasnya. Tapi saya tidak mengenal siapa mereka. Kok
bisa ? yaa..bisa. Ini kenyataanya.
Saya rasa pointnya adalah komunikasi.
Saya tidak menjalin komunikasi dengan mereka semua. Paling hanya sebatas
berpapasan, saling sapa ‘hai’, atau hanya mengumbar senyum. Beda dengan beberapa
orang-orang dekat saya yang dimana kami menghabiskan banyak waktu untuk
berkomunikasi baik langsung maupun lewat social media.
Saat saya banyak berkomunikasi dengan
orang lain, saya tidak hanya mengenal mereka dengan lebih dekat, bahkan rasa
kangen bisa timbul jika dalam jangka waktu yang agak lama kita tidak saling
komunikasi, dari rasa kangen itu hubungan ini lebih serius lagi dan bahkan bisa
serasa keluarga. Bagus bukan kalau kita memiliki banyak keluarga. Karena
keluarga tidak melulu hubungan darah, tapi hubungan baik yang tercipta karena
komunikasi, menjadikan kita sebuah keluarga baru.
Comments
Post a Comment