Melamar Sebagai Penyiar
Kira-kira seminggu lalu, saya
mengirimkan lamaran ke satu stasiun radio di kota ini. Stasiun radio tersebut
membutuhkan pekerja sebagai penyiar. Sebelumnya, info mengenai lowongan ini
saya dapat dari twitter. Di sana, syarat untuk melamar hanya mengirimkan cv,
surat lamaran, dan contoh suara. Saya merasa tertarik akan lowongan itu. karena
saya merasa tertarik, lalu saya mengirimkan lamaran ke radio tersebut lewat
email.
Hanya selang beberapa hari
setelah surat lamaran tersebut saya kirim, saya mendapat telpon dari nomor
asing. Saat saya mengangkat telepon, ternyata panggilan tersebut dari kantor
radio. Saya merasa sedikit senang. Saya berpikir “wah, mereka menguhubungi
saya, apakah mereka tertarik dengan jenis suara yang saya?”
Pada perbincangan tersebut, saya
disuruh datang ke kantor utuk test tiga hari kedepan.
Di hari H saya pun
berangkat, dengan sedikit grogi, karena saya tidak tahu apa-apa. Kira kira apa
yang akan saya lakukan disana. Saya berfikir, apakah mereka akan mewawancarai
saya dan bagaimana saya harus menanggapi semua pertanyaan yang dilontarkan
kepada saya. Saya harus benar-benar bisa menunjukkan kalau saya memiliki
potensi dan bisa diandalkan. Itu yang ada dibenak saya. Karena saya belum
pernah memiliki pengalaman di bidang kepenyiaran, dan saya juga tipikal orang
yang tidak banyak omong. Tapi saya benar-benar suka mendengar radio dan ingin
menjadi seorang penyiar. Saya pikir, kalau sudah di training dan dilakukan
berkali-kali siapapun pasti akan bisa. Hanya masalah kemauan dan kebiasaan.
Saya berangkat ke kantor radio
tersebut, bareng teman saya. Ya..dia sungguh baik. Saya bilang baik karena dia
mengantar saya (tapi emang dia baik, karena dia mau mengantar saya.haha).
sesampainya disana, dikantornya saya melihat ada dua orang yang duduk di kursi
tunggu memegang kertas. Saya bingung, dan awalnya saya kira mereka adalah
pegawai kantor tersebut. Tapi ternyata mereka juga sama seperti saya,
orang-orang yang melamar menjadi penyiar di radio ini. Lalu satu diantara
mereka meyodorkan kepada saya map yang berisi nama-nama pendaftar dan disuruh
tanda tangan dan menuliskan urutan dateng jam berapa. Begitu saya lihat daftar
pendafta, perut saya tiba-tiba mules. Lebih dari 30 orang ternyata. Wahh, saya
langsung nyamperin teman saya dan bilang padanya untuk pulang saja. saya rasa
ini tidak akan mudah. Selama saya menunggu di ruang tunggu, pelamar2 lainnya
pun berdatangan. Dan aku lihat mereka sangat optimis dengan ini. Wah, saya
semakin grogi.
Saat kami sedang menunggu di
ruang tunggu, seorang bapak2 pegawai di kantor tersebut menghampiri kami yang
baru datang dan memberi selembaran kertas. Begitu saya lihat, kertas tersebut
berisi materi yang akan dibacakan di ruang rekaman. Oh, my God. Saya tidak tahu
harus ngapain. Di kertas tersebut terdapat sejenis scenario penyiaran. Mulai
dari judul acara, dan berita2 yang akan kita bacakan. Berita pertama dalam
bahasa inggris. Waw, ini tidak mudah bagi saya. Jangankan dalam bahasa inggris,
artikel bahasa Indonesia saja saya jarang membaca dengan mengeluarkan suara.
Bisanya hanya membaca dalam hati. Bagi yang tidak terbiasa, ini akan terasa
sedikit sulit. Ini benar-benar di luar dugaan saya.
Sekitar 5-10 menit setelah kertas
itu saya pegang, giliran saya pun tiba. Saya di bawa ke satu ruangan kecil
disana hanya terdapat computer dan mic. Di ruangan itulah saya disuruh
membacakan isi kertas yang saya pegang. Suara akan saya di rekam dengan waktu
yang tersedia 5 menit dan tidak ada pengulangan walaupun salah. Sebenarnya saya
diizinkan untuk improvisasi. Tapi saya benar-benar grogi dan sebelum 5 menit
saya sudah selesai membacakan beritanya. Saya benar-benar gugup dan banyak
kesalahan selama pembacaan berita.
Tapi apapun itu hasilnya,
setidaknya saya sudah mencoba dan menambah pengalaman baru walaupun hanya dalam
waktu singkat.
Oh ya, ada yang kelupaan. Di
daftar hadir, nama saya yang tercantum adalah nama email saya. Saya khawatir
apakah mereka tidak membuka surat lamaran yang saya kirim. Apakah mereka tidak
mendengar rekaman suara yang saya kirim sebelumnya ? soalnya, nama email saya
bukan nama asli saya. Sebenarnya nama asli sih, tapi saya balik. Tapi kalau
mereka tidak buka surat lamaran dan CV bagaimana mereka tahu no HP saya ?
Ahh, sudahlah. Semuanya sudah
selesai. Rekamannya sudah berlalu. Saya sudah siap dengan hasil terburuk saya,
tapi saya sangat berharap bahwa saya mendapat berita baik dari radio tersebut.
^anggreyan^
Comments
Post a Comment