Falling love with stranger

Pagi itu aku harus berangkat bekerja. Aku sedikit terburu-buru karena aku bangun sedikit kesiangan. Aku sudah stel alarm di jam 05.00 wib tapi aku malah bangun jam 06.05. mungkin karena semalaman aku nonton film dan tidurnya jam 1.00 pagi. Sebenarnya mataku masih ngantuk dan masih pengen tidur. Tapi kalau aku gak berangkat kerja, aku akan diomeli habis-habisan sama bosku dan gajiku tentunya akan dipotong.

Aku langsung mandi dan siap-siap. Aku gak sarapan, aku hanya mengambil satu susu kotak berisi 250 ml dan aku masukin ke tas. Mungkin begitu sampai di office, aku bisa minum ini untuk mengganjal perut sementara. Aku ke garasi dan melihat ban motorku kemps. Oh my God, bagaimana mungkin ? apa yang salah dengan motor ini ? aku rasa kemaren sore masih baik-baik saja saat aku beli makan malam. Aku gak punya banyak waktu untuk menebak-nebak penyebab ban motorku kempes. Aku langsung berjalan menuju halte yang tidak terlalu jauh dari kosku. Hanya butuh waktu 10 menit. Tapi dalam waktu kepepet seperti ini, ini jadi terasa sangat jauh.
Untungnya, aku tidak butuh lama menunggu lama di halte, ketepatan trans jogja yang aku tunggu langsung tiba di halte. Di dalam trans, tidak terlalu banyak penumpang. Aku keluarkan susu kotak dari tasku, aku langsung minum susunya sampai habis. Sampahnya aku masukkan kembali ke tasku. Karena di trams tidak ada tempat sampah dan aku tidak terbiasa buang sampah sembarangan.

Aku memperhatikan orang-orang yang naik trans, sepertinya hampir semua penumpang bernasib sama sepertiku. Ingin ke tempat kerja dan agak terburu-buru. Hampir setiap detik mereka mengecek jam tangan dan melihat sekitar, kira-kira posisi mereka sekarang sudah berada dimana. Kira-kira berapa menit lagi sampai di kantor. Dari raut wajah mereka terlihat raut kepanikan. Sebenarnya aku juga seperti itu, tapi aku gak punya pilihan. Aku sudah pasrah kena omel dari bos karena kemungkinan besar aku akan telat. dan selama gajiku tidak dipotong, aku akan fine-fine aja.
Tapi di pojok sana, seorang pria menggunakan kaos putih dan celana selutut. Gayanya sangat santai dengan kamera tergantung di lehernya. Dia juga membawa tripot. Dia memperhatikan suasana sekitar lewat kaca bis sambil tersenyum tipis. Aku perhatikan sepertinya dia seorang asing yang ingin mengexplore tempat ini. Dia sendirian, tapi tampaknya dia sangat menikmati hidupnya. Tidak sepertiku yang setiap hari dengan rutinitas yang membosankan dan selalu di kejar deadline. Hari-hariku seperti benang kusut. Hampir tidak ada seharipun yang benar-benar bisa kunikmati. Semua hanya kesibukan. Kantukku menghampiriku. Kupejamkan mataku berharap aku akan terbangun saat trans ini sampai di halte yang tepat berada si seberang kantorku.

Saat kubuka mataku, tatapanku langsung tertuju pada pria yang menggunakan kaos putih itu. dia sedang membidikku dengan kameranya. Mungkin ia sudah mengambil gambarku. Ia turunkan kameranya, lalu tersenyum ramah padaku. Aku sedikit kebingunan dan melihat seisi bis. Semua penumpang sudah turun. Sisa kami berdua. aku cek jam di HPku. Shit, ini sudah jam 8.30. aku tertidur setengah jam. aku bingung sekarang aku berada dimana. Ini jauh dari kantor dan aku udah telat. Pria itu menghampiriku dan mengulurkan tangannya.

“im Kevin, you look so beautiful when you sleep. Where u wanna go?” dia bicara dalam bahasa inggris tetapi dengan logat tiongkok.

Aku perhatikan dia seksama. Apakah aku sedang berhadapan dengan seorang penjahat, ataukah dia seorang yang perhatian. Aku harus waspada.

“panggil saja Rea” kataku menatap serius wajahnya tanpa menyambut tangannya.

“ouh..nice to meet you Lea.”

Aku geleng-geleng kepala. Sejak kapan namaku jadi Lea ? tapi mungkin dia sedikit payah dalam pengucapan R. aku turun di halte berikutnya, dan pria yang bernama Kevin ini ikut turun bersamaku. Aku jadi semakin was-was tetapi tetap bersikap tenang. Aku juga siap-siap mencopot hellsku lalu memukulnya sekencang-kencangnya jika dia berani macam-macam padaku. Aku telpon Sari rekan kerjaku di kantor untuk bilang kalau hari ini aku gak akan masuk kantor. Aku bilang padanya kalau aku lagi diare, karena salah makan semalam. Lalu kubuka laptopku dan mengirim pekerjaan yang harus di serahin hari ini. Di halte aku masih cukup aman, karena pria ini tidak akan berani macam-macam padaku. Dia dari tadi duduk di sebelahku dan sepertinya ingin mengajakku ngobrol, tapi mungkin karena dari tadi aku sibuk menelpon temanku, lalu mengirim email jadi dia masih menunggu kesempatan untuk mengajakku mengobrol.

“ehm, Lea kamu mau pergi kemana kalau saya boleh tau ? tadi kamu ketiduran di bis. Jadi saya ikut saja terus untuk temenin kamu”

Aku lirik sinis dia. Ternyata dia bisa bahasa Indonesia  walaupun logatnya terdengar sedikit aneh. Tapi ini cowok kok ganjen banget.

“tadi saya mau berangkat kerja. tapi ini udah telat. jadi saya bolos sekalian.  Lah, kamu mau kemana? jangan bilang kamu ini penguntit. Ngapain ikutin saya ?”

“ehehe..kamu jangan prasangka buruk begitu. Saya orangnya baik hati. Tadi saya khawatir sama kamu sendiri di bis. Itu sebabnya saya tidak turun. Oh ya, saya ini photographer. Objek yang saya poto itu biasanya alam. Dan sudah lama ingin ke Indonesia untuk mengabadikan alam yang sangat indah. Saya rasa ini seperti surga. 3 hari yang lalu saya ada di bali, sekarang saya ada di jogja cukup menyenangkan. Kamu kaget ya, saya bisa bicara dalam dalam bahasa Indonesia. Saya belajar selama setahun dan memiliki banyak teman di Indonesia.hehe”

Aku jadi bingung sendiri. Kami kan bukan siapa-siapa, kenapa dia cerita panjang lebar kepadaku ? aku juga gak bertanya padanya. Aneh ni cowok. Aku masih kepikiran fotoku yang dia ambil di bis tadi. Aku takut kalau fotoku akan masuk Koran, atau aku akan di perjual belikan lewat fotoku, atau mungkin ia akan membawa foto itu ke dukun santet..iiihh,

“hei, foto saya yang tadi kamu ambil di dalam bis mana ? cepat hapus. Kamu mau apain poto saya ?”

“hehe..Lea, just calm down. Saya akan memberinya pada kamu. Tetapi dengan syarat, kamu anter saya muter-muter hari ini. Kamu tidak berangkat kerja kan ?”
What, pria satu ini cukup lancang. Apa semua pria yang memiliki hobby travelling tidak hanya menikmati perjalanannya ? apa dia juga selalu mengajak gadis untuk menemaninya ? tidak, aku bukan gadis bodoh yang dengan gampang mengiyakan apa mau pria asing ini.

“hellow, maaf ya Kevin. Saya punya banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan. Kalau kamu butuh guide atau semacamnya, kamu boleh cari sendiri.”

“oke kalau begitu, saya tidak akan kembalikan foto kamu tadi di bis”

Wah, saya jadi khawatir, kira-kira seperti apa rupa saya di photo itu ? atau jangan-jangan dia ambil angel yang membahayan. Aku gak ingin photoku tersebar dimana-mana hanya karena aku gak mau nemenin pria asing ini.

“oke, kamu mau ditemenin kemana? Dengan syarat maksimal jam 3 saya sudah kembali ke rumah dengan keadaan selamat. Ini Negara saya, kalau kamu macam-macam kamu bisa saja dihukum dan tidak bakal pulang lagi ke Negara asalmu”

“oke deal. Sekarang, ayo kita ke tempat perbelanjaan terdekat. Sepertinya pakaian kamu kurang nyaman untuk bepergian”

Kami pun langsung membeli baju ganti untukku. Pastinya dia yang bayarin. Tapi aneh, baru sekitar sejam kami akur kenapa aku mulai baper ? saat dia memilih pakaian untukku, saat dia menyarankan pakaian lain, saat dia membayar belanjaanku ke kasir, jantungku rasanya mulai berdetak lebih kencang. Rasa takut sama sekali tidak ada. Aku seperti sedang berada di sebelah teman lamaku yang begitu aku percayai. Aku bahkan lupa kalau dia ini orang asing dan kami baru saja bertemu. Style ku tidak beda jauh dengannya. Casual seperti bule-bule yang sedang travelling. Cukup segar juga sih, menggunakan pakaian seperti ini serasa ringan dan tidak mempunyai banyak beban.

“lea, kita cari makan dulu ya?”

“oke, aku ikut” kataku masih pura-pura mempertahankan sikap cuekku. Padahal aku sudah mulai baper padanya. Kamipun mencari tempat makan yang bisa kami tempuh hanya dengan berjalan kaki.

“kamu mau kita kemana habis ini? Saya siap jadi guide kamu untuk hari ini”
“bagaimana jika kita ke pantai ? saya rasa pemandangannya akan bagus, karena cuaca sangat bagus dan langit juga sangat bersih. Tapi saya rasa sunset akan jadi view terbagus. Tapi kamu harus saya anter pulang sebelum jam 3 sore. Hmm, sayang sekali.”

Sesaat aku berhenti mengunyah makanan yang ada dalam mulutku. Lalu kulanjutkan makananku pura-pura tak mendengarnya.
Sesampainya di pantai, aku merasa menjadi orang terbahagia. Aku bisa menghirup udara segar, merasakan angin yang membuat rambut panjangku beterbangan. Kurentangkan tanganku dengan mata tertutup dan merasakan angin yang menyentuh kulitku dan mendengarkan suara ombak yang saling berkejaran. Sesaat aku lupa kalau Kevin ada disini. Untuk sejenak aku melupakan pekerjaan kantor, aku melupakan rutinitas yang membuatku tampak kusut. Aku juga berteriak sekencang-kencangnya untuk mengeluarkan semua rasa penat yang sudah lama menumpuk di pikiranku. Aku benar-benar merasa hidup kembali.

“Lea..!” itu suara Kevin dan aku menoleh ke arah sumber suara yang berada di belakangku.

‘Jepret’ dia lagi-lagi mengambil potoku. Mungkin ekspresiku sedang melongo karena aku sedikit kaget saat melihat ke arahnya.

“perfect”

“Kevin, kamu ambil photoku lagi ?”

“kamu sempurna jadi model. Ini jenius” dia senyum-senyum melihat kameranya.

“Kevin, ayolah, saya tidak terlalu suka di photo. Saya orangnya pemalu”

“untuk saat ini, ayo bersenang-senang dengan mengambil banyak photo di tempat ini. Kamu sangat cantik dan natural. Bahkan melebihi model-model yang pernah aku temui. Aku tidak punya cukup uang untuk membayar kamu”

“gak usah ngelantur deh”

“saya serius Lea”

Hihi, sebenarnya saya sedikit senang saat dia memujiku seperti itu. makin aku perhatiin Kevin ganteng juga. Dan dia sepertinya tipikalku. Tidak terlalu basa basi dan dia sepertinya orang cukup bertanggung jawab.

“Kevin, kamu ingin mengabadikan sunset disini ? saya bisa kok nemenin kamu. Asalkan saya diantar pulang dengan selamat”

“are you serius ?” katanya kaget dan tampaknya dia sangat bahagia.

Hari itu kami habiskan waktu bersama. Kami juga mengambil banyak photo berdua, karena dia membawa tripot dan beberapa selfie. Aku benar-benar merasa senang dan lupa kalau dia adalah orang asing yang tadi pagi aku temui di halte. Saat dia sedang mencari angel yang bagus untuk mengabadikan momen sunset, aku hanya mengamati dari dekatnya. kali ini aku yang memulai pembicaraan.

“Kevin..”

“ya ?”

“apakah kamu selalu seperti ini?”
“seperti apa ?”

“menikmati hari-harimu dengan bersenang-senang dan mengajak gadis yang berbeda di setiap momen yang berbeda ?”

“no..this the first time.”

“I don’t believe”

“yahh..but saya bicara yang sebenarnya. Sebelumnya saya tidak pernah mengajak orang asing berjalan dengan saya. Kamu orang pertama yang saya ajak jalan berdua dengan saya”

Wah…jantungku serasa jatuh sampai perutku. Aku harus menggunakan akal sehat. Dia hanya seorang asing dan secara gak sengaja, kami menghabiskan satu hari kami bersama-sama. Mungkin besok atau lusa dia akan pulang ke negaranya kami tidak akan bertemu di kemudian hari. Aku tidak boleh baper. Lagian dia tidak menayakan no HP, email, atau apapun untuk bisa menghubungiku. Aku gak boleh terlalu baper.

“saat saya lihat kamu naik ke halte, saya berharap bisa kenalan dengan kamu. Bahkan ternyata kita bisa menghabiskan satu hari kita bersama-sama. Saya sangat senang. Saya merasa hidup saat saya sedang bepergian sendiri dan menikmati alam. Tapi hari ini adalah hari terbahagia sejak 5 tahun terakhir saya sebagai traveller. Saya benar-benar menyukai kamu sejak di bis. Karena itu saya beranikan diri untuk mendekati kamu. Beberapa photo kamu mungkin akan saya ikutkan dalam ajang lomba. Kamu tidak keberatan kan ? besok saya harus bertemu rekan saya dan lusa saya akan melanjutkan perjalanan. Nanti kita bisa pindahkan semua file photo yang kamu mau”

Deg, jantungku serasa berhenti berdetak untuk beberapa saat. Perasaanku bercampur aduk tak karuan. Barusan dia bilang kalau dia menyukaiku dan besok lusa dia harus pulang ke negerinya. Kenapa sama sekali tidak ada pertanda darinya kalau dia ingin mempertahankanku ? awalnya aku benar-benar tak menyukainya. Aku pikir dia orang jahat. Tapi dalam waktu satu jam, aku benar-benar jatuh hati padanya. Aku cukup nyaman dengannya. Walaupun aku tak tahu apa-apa tentangnya selain nama dan profesinya. Aku hanya diam tak menanggapi perkataannya. Aku ajak mampir di rumah kontrakanku, lalu dia memindahkan file photo ke laptoku dan kusediakan makan malam untuk kami berdua. kami tidak banyak bicara. Aku hanya berharap dia menanyakan hal yang pribadi terhadapku, mungkin menanyakan apakah aku memiliki kekasih, atau meminta izin untuk menginap di sini, tapi tak satupun yang dia lakukan. Ekspresinya cukup tenang seperti bocah tak bersalah. Malam itu benar-benar menjadi malam terakhir bagi kami.

Aku rasa aku benar-benar jatuh cinta padanya. Pada pria asing yang aku temui di trans. Disaat yang bersamaan aku juga patah hati karena dia begitu saja pergi. Mungkin aku yang terlalu serius. Kami hanya berbagi waktu dalam satu hari. Seharusnya aku lebih santai. Aku perhatikan photo-photo kami di pantai, kami seperti sepasang kekasih. Ternyata banyak juga photoku yang dia ambil tanpa aku sadari. Apa dia benar-benar menyukaiku ?

Sudah sebulan sejak pertemuan itu. aku sudah mulai lupa tentang sehari kami yang berharga. Aku kembali ke rutinitasku yang melelahkan.

“dreet..drett..HP ku bergetar dan aku lihat nomor asing terpampang dilayar HP ku. sebuah SMS dan saat aku buka isi pesan dari nomor asing ini bertuliskan,

“Rea, ni hao..?”



Comments

Popular posts from this blog

Contoh Jaringan Kerja

Pengalengan Maret 2022

Metode Jalur Kritis