Untuk Jadi Imigran Saja, Harus Lulus Persyaratan. (Belgia)
Setelah beberapa lama saya fakum sebagai part timer, kemarin saya kembali bekerja lagi. Karena di hari weekend, jadi karyawan tidak ada yang kerja. jadi hanya sendiri dengan bos bule yang sebelumnya pernah saya ceritakan lewat tulisan saya sebelumnya. Jangan berpikiran macam-macam dulu. Karena selama bekerja, anak bos saya ada di office dan rumah dengan office hanya dipisahkan dengan dinding.
Disela-sela bekerja, saya bertanya pada bos saya. “Mr, kenapa milih tinggal di Indonesia ? kenapa tidak di Belgia saja?” saya memang ingin sekali merasakan bagaimana rasanya tinggal di luar negeri, jadi saya sangat penasaran bagaimana sih kehidupan di luar negeri dan apa yang membedakan dengan kita di sini.
Lalu jawaban Mr tersebut, “saya bosan hidup disana”. Saya semakin penasaran. Kok bisa bosan ? bukankah hidup di luar negeri itu pasti mengenakkan. Begitu benak saya yang benar-benar suatu saat ingin tinggal di luar negeri.
“Di sana terlalu banyak peraturan. Semua harus atas izin” sambungnya.
“maksudnya gimana Mr?”
“misalnya di rumah saya yang sekarang ini, jika saya ingin menambah satu saja kamar, saya harus urus izinnya. Karena jika saya tidak mengurus izin terlebih dahulu dan saat pengecekan, ada perubahan maka saya akan berada dalam masalah. Lalu disana, saya hanya bisa kerja-kerja-dan kerja.”
“Emang disana biaya hidup mahal ya Mr?”
“yah, kalau dibilang mahal, lumayan mahal. Contohnya saja, itu tumpukan batu yang ada di pekarangan rumah saya, jika saya ingin membereskannya dan memanggil truk misalnya, mereka akan Tanya berapa banyak dia akan di bayar dan bayarannya cukup tinggi. Kalau disini, saya cukup panggil orang lain dan bayarannya tidak terlalu mahal. Karena disana serba mahal, jadi mau tidak mau kita harus serba bisa. Agar kalau ada kerusakan-kerusakan kecil atau ada hal-hal yang ingin diperbaiki kita akan perbaiki sendiri. Lalu, jika saya punya banyak tumpukan sampah, dan ingin membuangnya, maka saya harus bayar biaya tambahan untuk itu”
“Ooh gitu ya Mr ?” dia lalu melanjutkan ceritanya mengenai kampung halamannya tersebut.
“Sekarang ini, peraturan sepertinya semakin banyak dan ketat. Contohnya saja jika ada imigram yang ingin stay disana, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan mereka harus mengikuti beberapa pelatihan. Mereka hanya akan bisa tinggal disana jika sudah memenuhi persyaratan. Mereka harus belajar mengenai bahasa disana, kebudayaan-kebudayaan disana dll. Oh ya, sebenarnya disana bagi penduduk yang tidak memiliki pekerjaan akan dapat dana tunjangan.”
“Tunjangan Cuma-Cuma Mr ? enak dong,” potong saya.
“Yah, seperti itulah. Mungkin karena itu, makanya imigran meningkat. Karena akan dapat biaya tunjangan secara Cuma-Cuma untuk kebutuhan hidup. Tapi saya rasa, karena meningkatnya imigran makanya ada banyak peraturan untuk melihat apakah mereka benar-benar ingin tinggal di Belgia. Tidak sekedar untuk dapat biaya tunjangan.”
“Biaya tunjangannya banyak tidak Mr ?”
“Saya rasa tidak terlalu. Hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok. Sedangkan kita butuh banyak hal, misalnya mobil dan kebutuhan lain. jadi kita tetap harus bekerja. Saat pembagian dana tunjangan biasanya akan ditanyai, kenapa seseorang itu masih butuh biaya tunjangan. Apakah mereka sudah mencoba mencari pekerjaan. Jika mereka bilang sudah melamar kesana-kesini, maka pihak pemerintah akan meminta list lowongan yang menolak mereka dan mengecek apakah mereka benar-benar telah melamar kesana. Tapi memang ia, untuk imigran sekarang-sekarang ini perusahaan jarang menerima untuk mempekerjakan mereka.”
“Kok gitu Mr ?”
“Mungkin mereka kurang percaya. Jadi mereka hanya akan mempekerjakan lulusan sana, lebih terjamin menurut mereka.”
Saya bergumam dalam benak saya, betapa kerennya Negara yang satu ini. Imigran saja pemerintahnya sanggup untuk membiayai. Lalu peraturannya cukup-cukup ketat. Tidak gampang ternyata tinggal disana, harus mengikuti pelatihan dulu. Tapi saya tetap tertarik tinggal di luar negeri. Hihi.
Comments
Post a Comment