(after watching) Surat dari Praha
Rasanya
aku udah pernah bilang sebelumnya, kalau salah satu kesukaanku adalah nonton.
Nonton film, drama, dan sejenisnya. Gendre yang aku sukai romantic, sedih dan
komedi. Selebihnya no. Nah, kemaren aku habis nonton film “Surat dari Praha”.
Mungkin
kalian bertanya, “loh, katanya hobby nonton, kok baru nonton film itu ? itu kan
film udah lama?”
Jawaban
simple dariku “mahasiswa cintanya sama gratisan, jadi aku hampir gak pernah
nonton di bioskop karena bayar, jadi aku akan nonton setelah fim tersebut bias
di download melalui internet alias gratisan, hehe..ok, just forget it”
Film
Surat dari Praha tersebut dibintangai oleh Julie Estelle, Tio Pakusadewo, &
Rio dewanto (dan ada beberapa artis professional lainnya).
Pada
film tersebut, adegannya didominasi adu akting antara Julie Estelle dan Tio
Pakusadewo, tapi tidak akan membosankan walaupun hanya mereka berdua yang
berada pada frame. Sebenarnya mereka bukan siapa-siapa. Tidak ada hubungan
apa-apa, hanya saja dimasa lalu Tio Pakusadewo sebagai Jaya merupakan mantan
pacar dari ibu Julie Estelle (Laras).

Jaya
yang tinggal di Praha sejak perpindahan orde lama menjadi orde baru. Jaya dan
beberapa temannya kehilangan kewarganegaraan sehingga tidak boleh tinggal di
tanah air. Mereka yang menolak orde baru dianggap komunis, itulah sebabnya.
Tinggal di negeri seberang, tanpa siapa-siapa. Berada jauh dari keluarga,
sanak, teman, bahkan kekasih hatimu. Betapa kosongnya hidup jika tanpa
orang-orang terkasih. Jaya mengirimi banyak sekali surat pada ibu laras tanpa
pernah menerima satu balasanpun. Bahkan saat surat-suratnya masih ia kirimi, ia
tidak tahu kalau pacarnya yang berada jauh darinya ternyata sudah menikah
dengan orang lain.
Aku
sih kasihan banget sama sosok Jaya, kok bisa dan bagaimana dia bisa menjaga dan
mempertahankan cintanya hanya pada satu perempuan selama bertahun-tahun. Kalau
tinggal bersama mah gampang, masalahnya sosok orang yang ia cintai gak pernah
ada disampingnya, perubahan wajah, rambut, & penampilan pun ia gak tau.
Tapi cintanya, gak berubah sama sekali. Ini yang bikin aku tersentuh sama
sosoknya. Tapi tetap kasian, mbok nikah pak de, hehe..(cinta tak berbalas,
selamanya..karena ibunya laras udah meninggal, jadi gak mungkin berbalas lagi
sampai kapanpun..seddih)
Yang
menjadi soundtrack film ini adalah lagu-lagunya Glend Fredly. Lagu-lagunya
bikin film ini kerasa makin romantic + miris…bahkan setelah nonton film itu,
playlist mp3ku hanya ada satu lagu yang mengiringi aktifitasku yaituuuu “Sabda
Rindu”. Oh iya, mereka juga nyanyi lho, di film ini, ada duetnya juga, bikin
makin keren.
Yang
belum nonton, ayoo…ditonton juga, gak cuma korea yang wajib ditonton, karya
anak bangsa juga apik-apik banget kok..hehe
Comments
Post a Comment