Kecewa, kemudian benci, lalu dendam.
Aku rasa
semua orang pernah mengalami yang namanya kecewa. Kecewa pada orang-orang
disekitar, ataupun kecewa pada hal-hal lainnya.
Menurutku
kecewa bisa dibagi menjadi 3 tingkatan. Pertama, kecewa karena hal kecil. Mungkin
dalam dua atau tiga hari, rasa kecewa itu berangsur-angsur akan menghilang lalu
kita akan bisa bersikap biasa lagi seperti sediakala. Jadi hanya sebatas
kecewa.
Kedua, kekecewaan
yang tingkatnya lebih besar dari yang pertama. Mungkin kekecewaan ini muncul karena hal yang lebih besar/serius. Misalnya,
kau pernah dilukai oleh orang lain dan kau bisa memakluminya. Tapi di waktu
berikutnya, dia kembali melukaimu dengan dengan hal yang lebih serius, ini
menyebabkan rasa kecewa akan semakin serius. Jika hal ini berulang lagi, kalau
aku pribadi akan muncul rasa tidak suka alias benci.
Ketiga Lalu di tahap berikutnya jika kecewa yang
sangat luar biasa, dan sampai tak bisa ditolerir lagi. Kecewa ditingkat ini, aku
rasa akan menimbulkan dendam. Dendam sedikit condong pada rasa ingin membalas
hal yang sama dengan apa yang mereka perbuat padamu hingga kau begitu kecewa.
Tapi bagaimana
halnya jika kekecewaan ini pada orang yang selama ini sangat kau hormati,
sangat kau cintai, dia bahkan segalanya bagimu. Sudah terlalu kecewa padanya.
Selama
ini berusaha untuk melupakan hal buruk yang pernah ia lakukan padamu, dan kau
sudah benar-benar lupa akan hal itu. Tapi tanpa diduga, ia kembali
mengecewakanmu hingga kau kembali teringat dengan hal yang dulu pernah ia
lakukan padamu dan itu benar-benar mengecewakanmu.
Apakah aku
harus menciptakan dendam padanya ? apa aku harus membalas apa yang ia perbuat
padaku, hingga ini menjadi adil. Ia juga harusnya merasakan bagaimana sakitnya
jika dikecewain oleh orang tercinta.
(aku
merasa bersalah jika harus benci dan dendam padanya, tapi aku hanya ingin
membuat ini terasa adil. Karena siapapun tau sekarang ini, hidup itu kejam. Aku
berharap rasa kecewaku segera pudar hingga aku tak harus merasa bersalah seumur
hidupku jika pembalasanku sampai padamu)
Comments
Post a Comment