Susahnya meminjamkan, apalagi berbagi.



Biasanya kalau saya lagi sebel kepada seseorang, pasti niat jahat dalam hati otomatis muncul. Minimal saya akan mengumpatnya seperti “ih..jahat banget sih”, “ihh, kok gitu banget sih”, “ihh, kurang ajar banget sih”, “ihh, saya benci sama sikapnya”, “awas, kalau tiba waktunya saya akan balas dendam”. Sebenarnya saya sadar jika hal seperti itu saya lakukan, itu tidak baik. Apa bedanya saya dengan mereka yang membuat saya kesal ? kalau saya mengumpat mereka, saya juga jadi ikut-ikat bersalah/berdosa dong ?!. Nah, untuk menghindari itu biasanya saya sengaja menyanyikan lagu rohani walaupun saya tidak terlalu bisa bernyanyi. Minimal otak saya berusaha mencari lirik dan nada lagu yang saya nyanyikan dan lupa pada orang yang membuat saya barusan merasa jengkel.



Tadi sore, hal yang membuat saya jengkel sebenarnya masalah sepele. Saya akan ceritakan dalam versi yang beda. Karena kalu versi real dan suatu saat dia baca tulisan ini, saya merasa tidak enak hati. Sebenarnya ini masalah pinjam meminjam.



Saya sedang butuh suatu benda. Saya umpamakan sandal jepit/swallow. Swallow saya ternyata putus semalam, dan tadi siang saya lupa beli. Lalu malam ini saya ingin ke suatu tempat dengan menggunakan sandal jepit. Karena tidak memungkinkan untuk beli ke warung saat itu juga, saya memutuskan untuk meminjam pada teman saya. Lalu apa respon yang saya dapat ? “sorry yaa…besok siang sendalnya mau saya pakai”. Karena disini posisinya saya yang meminjam dan saya yang butuh, tidak mungkin saya memaksa. Saya hanya bisa bilang, “OK, Fine..gpp kok. Thanks ya..!” padahal dalam hati hampir-hampir mengumpat seperti kalimat diatas. Saya pun menyanyikan satu lagu rohani sambil cuci piring, dan apa yang tiba-tiba terlintas di kepala saya ? Tidak lain yaitu mengenai hal memberi. Tokoh di alkitab, seorang janda yang memberi dari kekurangannya.



Saya jadi merenungkan hal tersebut. Kenapa memberi dari kekurangan sangat istimewa ? mungkinkah, orang-orang yang memberi dari kelebihannya, sama halnya dengan mereka memberi sampahnya kepada orang lain. Hal yang berlebih sama halnya dengan sampah, sama-sama tidak dibutuhkan. Tidak akan mempengaruhi apa-apa pada mereka walaupun setelah kehilangannya.



Lalu bagaimana dengan memberi dalam kekurangan ? oh my God, gak kebayang sesusah apa yang akan kita rasakan jika kita memberikan hal yang kita butuhkan kepada orang lain. Lihat saja teman saya tadi, bukan memberi lhoo..hanya meminjamkan. Itu saja sangat susah. Padahal, dia tidak akan membutuhkan sandal itu malam ini, dan saya janji akan mengembalikannya di pagi hari. Tapi dia bilang, tidak bisa karena akan dipakai di siang hari.



Betapa susahnya hidup berbagi, apalagi berbagi dalam kekurangan. Mungkin memang kasih mulai sirna, tapi bagi hati yang masih bisa di gerakkan, jangan sengaja mengeraskan hati. Mulailah peka. Peka saat orang lain membutuhkanmu, bukan berarti itu akan menyulitkanmu.

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Jaringan Kerja

Pengalengan Maret 2022

Metode Jalur Kritis