Takdir ?



Aku adalah orang yang percaya dengan takdir. Takdir yang sudah diatur oleh mahakuasa dan kita tinggal menjalaninya. Hanya saja kita tidak tahu kapan takdir itu akan menghampiri kita.
Khususnya jodoh, aku sangat percaya kalau jodoh itu adalah bagian dari takdir. Karena itu, aku berusaha untuk tampil sempurna setiap kali aku keluar rumah. aku selalu berfikir, mungkin saja saat aku menyebrang di jalanan bertemu dengan dia, atau mungkin di pusat perbelanjaan, atau bahkan di angkot. Aku tidak pernah tahu itu.
Dan sejauh ini, sepertinya aku belum bertemu dengan takdirku. Aku belum pernah merasa tertarik pada seorang gadis pun. Walaupun aku tahu, ada banyak gadis yang naksir padaku. Maklum saja, aku pria yang memiliki tubuh idaman wanita, pintar, dan humble. Dan yang paling penting, aku adalah model majalah dan penampilanku tidak terlihat seperti anak SMA. Tetapi seperti entrepreneur muda.

Hingga suatu hari, aku dan teman-temanku akan mengadakan suatu perjalanan untuk merayakan kelulusan SMA, mobil yang kami tumpangi mengalami kecelakaan, walaupun tidak parah semua kami di bawa ke rumah sakit terdekat untuk memastikan bahwa kami tidak memiliki luka yang serius.

Saat berada di rumah dakit, aku melihat suster yang berada di bagian recepsionis. Saat itu juga aku merasa kalau suster itu adalah jodohku. Tapi aku dalam seperti ini, sedikit berantakan. Aku rasa bukan saatnya aku untuk memedulikan penampilanku saat ini. Karena yang kutahu, jodoh akan saling menerima dalam segala keadaan. Aku mencoba mendekati bagian resepsionis dan mulai mengajaknya mengobrol. aku sangat percaya diri. sebagai lelaki, aku harus bertindak lebih dahulu. aku mulai dengan yang sederhana untuk menanyakan namanya.

"miss, boleh saya tahu nama anda ?" Kataku dengan penuh percaya diri dan menatapnya. Aku berharap dia akan memandangku dan langsung jatuh hati padaku.

"maaf pak, saya sedang sibuk dan saya sedang dalam pekerjaan saya. mohon untuk tidak mengganggu disini"

Bahkan suaranya cukup menyejukkan telingaku. Sayangnya dia bahkan tak melihat ke arahku saat dia berbicara. jari-jari lentikknya sibuk mengetik dan matanya fokus ke layar komputer. Wajahnya sangat tenang, seolah-olah ia tidak sedang memiliki masalah apapun.

"saya tidak ingin mengganggu anda miss. saya hanya ingin berteman dengan anda. atau bolehkan kita mengobrol setelah miss selesai bekerja?"

"maaf pak, di belakang bapak ada beberapa orang yang sudah mengantri. jika tidak ada kepentingan lagi, silahkan keluar dari antrian"

Kali ini dia bangun dari tempat duduknya, melihat kearahku dan dia mengatakan kalimat itu dengan senyum. Mungkin jika orang lain melihat dari kejauhan dan tidak mendengar kata2 yang dia ucapkan, mereka pasti salah tafsir mengenai pembicaraan kami. wajah kami hanya berjarak satu jengkal saat itu. Aku bisa mendengar suara detakan jantungku dengan jelas. rasa-rasanya akan meledak. Aku kembali ke kamar inap bersama dengan teman2ku. mungkin rona bahagia begitu jelas di wajahku, hingga semua teman2ku bingung melihatku. mereka berfikir, aku begitu senang karna kami baru saja mengalami kecelakaan. Tapi menurutku, ini juga bagian dari takdir. kecelakaan ringan barusan, mengantarkan aku ke jodohku.

Kami semua diperbolehkan pulang karena tidak mengalami luka serius. Saat itu juga aku mengambil kesempatan untuk bertemu wanita itu lagi. Ketepatan di bagian resepsionist lumayan sepi, dan tampaknya tidak ada yang akan mengantri disana.

"hai miss, bagaimana pekerjaan anda ? apakah anda memiliki waktu luang untuk bertemu dengan saya dalam waktu dekat ?"

"maaf pak, saya memiliki banyak kesibukan. dan saya tidak melayani hal2 diluar pekerjaan saya"
"miss, jika anda tidak ingin kita ngobrol di tempat kerja anda ini, tolong sediakan waktu di luar jam kerja. ini nomor telepon saya. hubungi saya jika anda memiliki waktu. saya akan menunggu kabar dari anda"

Aku berikan selembar kertas yang bertuliskan nomor hpku. Aku memasang muka memelas, dan baru kali ini aku mengalami hal semacam ini. Aku melihat kesekelilingku, apakah ada yang sedang memperhatikanku. Ya, di pojokan sana, ada beberapa gadis remaja yang sedang senyum2 melihat ke arahku. Mungkin mereka telah mengenaliku sebagai model. Tapi aku sedang tidak memikirkan image ku.

"tuan, cukup becandanya ya..tolong nomor telephonenya di simpan saja, atau kasih ke gadis lain. saya tidak lagi seumuran dengan anda, dan bulan depan saya akan menikah. maaf ya, lain kali jika anda menyukai seorang gadis, hati2 dan cari cara yang pas untuk bicara dengannya"

Tatapan matanya, senyumannya..sungguh membuatku melted dan kata2nya membuatku merasa sangat terpukul. Gadis ini ternyata bukan jodohku. Sejak saat itu, aku tidak percaya takdir. Khususnya jodoh. Aku rasa, aku yang akan menentukan siapa yang akan jadi jodohku. Selama ada rasa saling ketertarikan, berarti ada peluang untuk menjadi jodoh. Bukan ketertarikan dari satu pihak saja. Dan aku rasa jodoh itu suatu proses panjang, bukan pada pandangan pertama, dan bukan dalam waktu singkat.


Comments

Popular posts from this blog

Contoh Jaringan Kerja

Pengalengan Maret 2022

Metode Jalur Kritis