Sebagian Kisahku

Aku merasa tertarik pada lelaki itu sejak pertama kali melihatnya. Tidak ada jawaban yang tepat jika ditanya kenapa aku bisa merasa tertarik padanya, dan kenapa harus dia. Aku bukan tipikal orang yang akan merasa tertarik pada orang lain di pertemuan pertama. Jangankan lawan jenis, untuk sesama jenis pun aku susah untuk mendekatkan diri. Jadi tidak perlu heran jika aku hanya mempunyai beberapa teman. Karena memang beginilah tabiatku. Aku tidak gampang suka pada orang lain, juga tidak gampang bergaul, aku orang yang egois, dan aku menikmati diriku yang seperti ini karena aku memang tidak suka terlibat pada orang banyak.

Tapi untuk lelaki itu, semua terasa berbeda. sebelumnya, aku hanya menyukai lelaki yang berambut lurus, berbadan tinggi, berkulit putih, berhidung mancung, memiliki jakun yang besar, suka bermain musik, cool, wangi, dan pintar. Sedangkan lelaki yang sudah membuatku tidak konsentrasi selama dua bulan ini adalah lelaki yang semua karakternya berbeda dengan karakter lelaki yang aku agung-agungkan. Dia lelaki yang berambut ikal, cuek dalam segala hal, khususnya perempuan, tidak terlalu antusias dalam belajar terlihat jelas ekspersi bosan di wajahnya jika sudah duduk di ruang kelas lebih dari dua jam, dia lelaki yang suka olahraga jadi otomatis badannya sudah lumayan ok.

Dia siswa pindahan dari luar kota, entah apa alasan kepindahannya di tahun ketiga SMA ini. Sebenarnya aku cukup penasaran kenapa. Tapi waktu utuk menanyakan hal itu aku rasa masih terlalu cepat jika aku menanyakannya sekarang, lagian kami juga belum pernah ngobrol. Jangankan ngobrol, saling sapa saja kami belum pernah.  Tapi kenapa ? kenapa aku merasa dia memiliki magnet yang begitu besar didirinya. Aku selalu menunggu kedatangannya setiap hari di sekolah, tetapi setelah aku melihatnya tidak pernah ada keberanian untuk mengajaknya ngobrol.
Tiga bulan sudah berlalu kami menjadi teman sekelas, dia sudah semakin enjoy dengan suasana sekolah. Dia memiliki banyak teman, di luar dugaanku dia memiliki banyak fans wanita khususnya adik kelas. Setiap dia bermain volley, semua remaja-remaja putri selalu histeris jika ia memberikan smash pada lawannya. Bahkan ada yang memberanikan diri untuk mengelap keringatnya di tengah-tengah permainan. Ya ampun, aku gak habis pikir kenapa kejadian seperti ini bisa terjadi di depan mataku.

Pagi itu aku memang agak malas berangkat ke sekolah, tidak seperti biasanya. Soalnya mamaku udah mulai mengomel dari pukul 05.00 subuh. Sebenarnya kebiasaan mamaku sih mengomel setiap harinya, tapi tidak sepagi ini. Mamaku mengomel karena semalam sehabis makan malam, aku tidak membereskan meja makan sehingga semua makanan habis dimakan kucing sedangkan rencana mama, dia tidak usah menyiapkan sarapan pagi ini karena katanya seminggu ini terlalu capek di pekerjaannya, jadi ingin tidur lebih lama. Tidak hanya itu, aku lupa mengerjakan PR bahasa inggrisku. Aku bukannya tidak pintar di mata pelajaran bahasa inggris, tapi aku memang benar-benar lupa. Dan aku malas untuk mencontek PR disekolah, aku ingin bolos, tapi tidak ada alasan yang tepat. Yaudah, aku berangkat sekolah dengan malas-malasan. Alkhasil aku sampai di sekolah terlambat 20 menit. Ini berarti aku siap-siap menerima hukuman dari sekolah, apa lagi kalau bukan membantu pak bon menyiram taman sekolah. Okelah, aku gak peduli. Daripada berada di dalam kelas yang membosankan. Aku menyiram taman dengan serius sambil mendengarkan mp3 lewat sepasang headset ditelingaku. Tiba-tiba ada tangan yang menjangkau telingaku melepaskan headset bagian kanan dan
“ehem..loo telat juga ? tumben.”
Suara itu mengagetkanku hingga membuatku hampir pingsan. Tapi aku berusaha tetap tenang, menghentikan aktifitasku dan menoleh ke kanan, siapa orang yang berani-beraninya mengganggu seorang perempuan di tengah-tengah kegiatannya. Aku telah merencanakan begitu aku melihatnya, memberinya sanyuman, lalu dia ikut tersenyum dan aku akan langsung menyiram wajahnya dan memberin tendangan di kakinya, lalu aku lari meninggalkannya.

Begitu aku menoleh ke kanan, aku melihat sosok yang tinggi, badan tegap, jadi aku harus mendongak untuk memastikan siapa pemilik badan yang lumayan atletis ini. Tapi..silau matahari langsung menusuk mataku, dan aku hanya melihat wajahnya samar-samar. Dia berpindah posisi sedikit sehingga matahari tertutup olehnya dan aku bisa melihat wajah dengan jelas, dengan sangat jelas. Seketika mulutku terbuka lebar dan kedua tanganku refleks menutup mulutku. Aku sungguh tidak percaya melihat siapa yang berdiri dihadapanku saat ini. Suara itu, kalimat itu, ternyata pria ini adalah pemiliknya. “oh my God, kenapa harus dalam keadaan seperti ini kami bertemu ? aku gugup, sangat gugup. Di kepalaku muncul beberapa pertanyaan, apakah bajuku masih terlihat rapi ? apakah rambutku berantakan, apakah tadi sebelum berangkat sekolah aku sudah menyemprotkan parfum, kenapa aku ingin terlihat perfect dihadapan lelaki yang kami belum saling kenal ?
“hei, kenapa bengong ? kaget ya ? maaf kalau gue ngagetin lo. Gue sengaja nelat, males belajar bahasa inggris. Hehe. Lo kenapa ? males pelajaran ini juga ya ?”
“ehm..ia, gue agak kaget, lu tiba-tiba muncul gitu aja” kataku terbata-bata.
“ke kantin yuk, lu udah dari tadi kan disini, pipi lu udah memerah tuh, mungkin kecapean dan matahai udah mulai panas”
What ? pipiku udah mulai memerah ? plis deh, ini bukan karena kecapean, bukan karena sengatan matahari juga. Tapi karena dia yang ada di hadapanku sekarang. Dia mengajakku ke kantin? rasanya seperti aku mendapatkan jackpot dari dewa keberuntungan. Aku gak ada alasan untuk menolaknya, tapi aku tidak tahu harus bersikap bagaimana. Aku juga tidak ingin dia tahu kalau selama ini aku suka memperhatikannya. Aku harus jaga sikap, jangan sampai berlebihan. Pliss..keep calm.
“ok..ayuh ke kantin, udah mulai haus juga nih” kataku sambil berjalan terburu-buru di depannya dan aku mengipas wajahku sendiri dengan tangan kananku. Sesampainya di kantin, aku langsung duduk tanpa memesan apa pun.
“Gadis, lu mau pesan minum apa ?”
God, dia tahu namaku. Kan kami belum pernah kenalan, walaupun dia sudah tiga bulan menjadi teman kelasku. Mendengar dia memanggil namaku, perasanku saat ini sama sekali tidak bisa di ungkapkan. Kebahagiaan memenuhi dadaku, sampai-sampai terasa sesak dan duaarr..meledak hingga kelegaan itu benar-benar terasa di seluruh tubuh.
“pesan aja sesuka lo” kataku cool. Kali ini dia membalasku tidak dengan kata-kata. Tapi cukup membuat tanda ok dengan tangan kirinya dan senyumnya yang sangat ramah.

Entah keberuntungan apa yang aku dapatkan di hari itu. sejak saat itu, kami semakin sering komunikasi, semakin dekat satu sama lain, duniaku menjadi terasa lebih ceria, kami bahkan membuat jadwal untuk datang terlambat ke sekolah setiap minggunya sehingga kami bisa nongkrong di kantin sambil membicarakan banyak hal. Tidak hanya sampai disitu, kami bahkan membuat janji untuk melanjutkan perkuliahan di satu universitas yang sama.
Sejauh ini semua berjalan dengan lancar, kami masuk di satu universitas yang sama. Hanya saja, aku jurusan sastra dan dia jurusan teater. Hubungan kami semakin hari semakin menyenangkan. Bahkan tidak sedikit teman kampus kami yang berfikir bahwa kami adalah sepasang kekasih. Biasanya kami hanya menanggapi pernyataan itu dengan bercanda. Dan memang begitulah kenyataannya. Kami tidak pernah memberi label pada hubungan ini. Semua berjalan senatural mungkin. Kami telah melalui banyak hal. Kami saling sharing, kami saling bosan, kami beberapa kali cekcok, tapi selalu kembali akur seperti ini. Kami sebagai teman, partner, saudara, semua kondisi itu otomatis sesuai keadaan. Beberapa kali kami saling mencarikan pasangan masing-masing. Aku mencarikan dia seorang gadis untuk ngedate, dia juga demikian terhadapku. Bahkan berkali-kali kami double date. Pastinya kami menggandeng pasangan masing-masing. Tapi semua itu seperti lelucon di mata kami. karena tidak ada yang serius. Pasangan kami paling lama bertahan hanya seminggu. Karena mereka akan cemburu dengan hubungan ini. Setiap hari kami lalui dengan segala macam warna hampir 24 jam sehari. Kami hanya dipisahkan oleh jadwal kampus dan saat tidur di kos pada malam hari. Weekend kami menghabiskan waktu bersama.

Tidak terasa sudah dua tahun kami menjadi mahasiswa. Hubungan ini masih berjalan dengan cukup baik. Entah apa yang merasuki pikiranku. Semenjak liburan semester, aku seperti kehilangan sesuatu. Apa karena aku tidak bertemu dia sesering biasanya ? aku selalu memikirkannya. Ia, dia tidak mengambil liburan semester, karena dia memiliki projek pertunjukan teater. Aku menemaninya sepanjang penggarapan konsepnya, beberapa kali aku menemaninya latihan di kampus. Tapi dua bulan tidak melihat wajahnya, tidak bersadau gurau dengannya membuatku seperti orang gila. Aku ingin berada di dekatnya saat ini juga. Tapi kami bukan siapa-siapa. Kami tidak ada ikatan, dan aku masih belum kehilangan akal sehatku. Aku hanya perlu bersabar agar hari-hari ini cepat berlalu dan aku bisa melihat pertunjukan teaternya dikampus sekalian sebagai penyambutan mahasiswa baru. Dia sudah bilang ke aku kalau dia butuh waktu ekstra untuk persiapan pertunjukan ini, jadi aku harus maklum kalau komunikasi kami akan agak macet, dan aku memahaminya.
“Gadis, lu harus datang lebih awal ya,.lu pakai baju yang paling cantik dan duduk di bangku paling depan. Hari ini lu menjadi tamu istimewa gue. hari ini mungkin menjadi hari bersejarah buat gue, dan gue ingin lu sebagai salah satu orang yang paling penting di hari-hari gue bisa menyaksikan dan merasakan hari bersejarah gue ini, see you my Gadis ;) “
Jika kebahagiaan yang membuat dadaku hampir pecah di hari pertama kami menjadi teman, ialah saat ia memanggil namaku. Dan isi SMS yang barusan aku baca ialah kebahagiaan kedua yang rasanya memenuhi seluruh ubun-ubunku dan dunia ini serasa memancarkan kebahagiaan yang tak ternilai harganya. Dua bulan berpisah, dan ia mengatakan ini akan menjadi sejarah. Sejujurnya, sebagai wanita berkali kali aku telah memikirkan masalah hubungan ini. Berkali-kali rasa egoisku muncul dan menginginkan dia sepenuhnya. Ya, jujur saja, jika nanti dia memintaku menjadi kekasihnya, tidak ada alasan bagiku untuk menolaknya.

Akupun berngkat ke tempat pertunjukan dengan penampilan yang maksimal dan ini pertama kalinya aku menjaga penampilan di hadapannya semenjak kami menjadi teman dekat. Aku ingin benar-benar terlihat special di matanya. Pikiranku semakin tidak terkontrol mengingat isi SMSnya barusan. aku sangat berharap, kalau semenjak hari ini kami akan menjadi sepasang kekasih. Sepanjang pertunjukan, mataku tak pernah sedetikpun lepas dari sosoknya. Setiap gerak-geriknya, suaranya semua mempesona bagiku. Aku sama sekali tak memperhatikan pemeran lainnya. Hanya dia yang memenuhi sepasang bola mataku ini.

Akhir dari teater pun tiba, semua penonton berdiri memberikan appluse yang sangat meriah. Semua tersenyum bangga padanya atas karya yang benar-benar luar biasa. Aku benar-benar bangga menjadi temannya. Kini tiba saatnya ia memberikan salam penutup dan ucapan terimakasih kepada semua yang terlibat. Aku semakin tidak sabar, sejarah apalagi yang akan dia ukir setelah ini.
“hadirin semua, terimakasih buat kadatangan kalian pada pertunjukan malam ini. Karena tanpa kalian, karya ini tidak menjadi sehebat ini. Karena kalian, karya ini akan menjadi karya yang dikenang oleh banyak orang. Khususnya buat orang-orang special saya yang mendukung penuh hingga kegiatan ini terealisasi. Orang tua saya, teman-teman kelas saya dan juga Gadis sahabat saya sejak SMA. Terimakasih sebesar-besarnya. Khusus untuk Mita, pertunjukan ini saya persembahkan untuk kamu. Apakah kamu mau menemani hari-hari saya lebih rutin lagi sebagai pacar saya ?”

Saat ia memanggil namaku, aku merasa menjadi orang paling bahagia sedunia. Hanya ada suaranya di telingaku. Tapi begitu dia mengucapkan kata Mita, dunia serasa berputar. Kenapa rasanya badan ini terasa kaku. Air mata mengalir membasahi pipiku dan ini seperti mimpi. Apa ini sejarah yang dia maksud ? apa aku harus menjadi bahagia melihat dia mengutarakan isi hatinya pada gadis lain ? kenapa harus mita ? dan kenapa selama ini dia tidak pernah cerita kalau dia menyukai seorang gadis ? kenapa ? kenapa ? semuanya terasa kelu, semua orang bertepuk tangan, tertawa gembira melihat hal romantic dihadapan mereka. samar-samar aku lihat dia dan mita di panggung saling pegangan tangan dan berpelukan. Aku tidak tahu pidato apalagi yang mereka katakana dari atas panggung. Akupun berlari meninggalkan ruangan teater tanpa peduli lagi apapun. Kenapa harus terjadi padaku ? kenapa harus sampai sejauh ini ? apa harus sesakit ini rasanya ?


Danu sukses dengan pertunjukannya, sukses menyatakan cintanya pada seorang gadis yang ternyata sejak SMP ia telah menyukainya diam-diam. Ternyata mita juga alasannya pindah ke SMAku dulu. Dan Mita juga alasannya masuk universitas ini. Bukan karena kami membuat janji untuk kuliah di satu universitas. Kisah danu berakhir dengan happy ending, tapi kisahku berakhir dengan sad ending.

Tapi aku rasa, ini bukan akhir dari ceritaku..kaarena hari-hariku, hari-hari kami masih terus berlanjut dan banyak kisah cerita yang akan terjadi 

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Jaringan Kerja

Pengalengan Maret 2022

Metode Jalur Kritis