HUJAN ..
Sore ini hujan turun
lagi. Aku masih berdiri tegap disini. Radio yang aku stel tadi perlahan-lahan
lenyap dari pendengaranku. Yang terdengar hanya suara hujan yang menyentuh
genteng rumah-rumah penduduk. Semua perhatianku disita oleh rintik-rintik hujan
yang semakin lama semakin banyak.
Dari balik tirai
kamarku, kucoba menghitung tiap rintik hujan yang jatuh dari langit. Satu, dua,
lima, akh..terlalu banyak. Apa aku udah tolol ? Buat apa aku menghitung rintik
hujan ? Pekerjaan yang sangat konyol.
“bukankah hujan lebat baru mampir di kota ini
kemaren ? Kenapa sore ini datang lagi ? seberat itukah rindunya pada kota ini?
Tapi kenapa kota ini yang selalu dijadikan sebagai tempat persinggahan? Warga
kota ini bahkan sudah sedikit terganggu dengan keberadaannya yang tak pernah
bosan untuk singgah di kota ini.”
“Benar kami membutuhkan
mu. Tapi aku rasa untuk saat ini sudah cukup. Kenapa kamu tidak mampir ke kota
orang lain sembari menunggu kami membutuhkan mu lagi. Kami akan memanggilmu
jika besok kami sudah membutuhkan mu lagi. Tidakkah kau lihat ada beberapa kota
yang sangat membutuhkan mu. Mereka bahkan meraung-raung memanggil engkau,
berharap engkau segera hadir disana. Apakah kau sudah terlalu cinta pada kami.
Tapi semua ada batasannya.”
Puluhan tahun lalu, masih
sangat jelas diingatanku. Setiap kali hujan turun aku bersama teman-teman ku
yang lain akan jadi anak yang paling bahagia di dunia. Kami selalu menyambut
kedatangannya dengan penuh sukacita. Bertelanjangkan dada kami akan
mengelilingi kampung dengan menikmati segarnya air hujan. Kami anggap ini
berkah yang gak bisa disia-siakan. Demikian juga dengan ibu-ibu di desa ku.
semua akan mengumpulkan segala jenis benda yang bisa dijadikan sebagai tempat
penampungan. Selama dua hari ke depan,aku tidak akan ke sungai untuk mengambil
air.
==
Kembali kuperhatikan
got-got didepan rumah. Mereka kelihatan lebih gendut dari biasanya. Mungkin
mereka sudah kekenyangan. Bahkan menurut penglihatan ku, sebentar lagi mereka
akan muntah.
Sudah dua hari
aktifitas orang-orang di kota ini tersendat. Jalan-jalan yang biasanya padat,
bahkan kini sangat sepi. Tak seorang pun yang bersemangat keluar rumah. Apa
yang mereka laukakan di rumah seharian penuh ? entahlah. Mungkin mereka mencari
cara untuk mengusir kebosanan mereka.
Apakah langit sangat
bersedih hingga melahirkan banyak sekali rintik hujan ?
Ia..tapi kenapa hanya
di kotaku? Bagaimana jika nantinya kota ini akan ikut-ikutan banjir seperti
kota metropolitan yang selama ini di caci sekaligus dibanggakan, yang selama
ini jadi sarang orang sukses dan orang melarat, tempat yang selalu dijadikan
orang-orang sebagai tempat pengaduan nasib ? ia.. benar. Yang kumaksud kota
Jakarta.
Atau apa aku harus
membuat sebuah kapal besar seperti yang pernah dibuatkan nabi Nuh dahulu untuk berjaga-jaga?
Akh..lagi-lagi aku berfikir yang gak logis.
Ingin sekali merasakan
air hujan yang sedang mengguyur kota ku saat ini. Ingin sekali bertutur sapa.
Apakah dia masih seramah saat aku masih jadi bocah ingusan ?
==
NB :: ayo..siapa yang
mau coba untuk melanjutkan..^^
jadikan cepern berantai..:)
Comments
Post a Comment