Kebetulan atau takdir ? (2)
Ini kesekian kalinya aku menghadiri acara pernikahan.
Baik itu pernikahan temanku, pernikahan teman dari temanku, maupun pernikan
orang lain yang sama sekali tak kukenal siapa mempelainya. Aku menghadiri acara
pernikahan biasanya dengan alasan bermacam-macam. Bisa saja aku diundang
langsung karena yang menikah adalah temanku sendiri. Kadang aku di ajak oleh
temanku, karena di bingung harus mengajak siapa ke pesta pernikahan temannya.
Katanya dia malu jika harus ke kondangan sendiri. Aku sih ok ok saja. Secara
disana makannya gratis dan lumayan enak.
Tadi diawal aku bilang, kadang aku menghadiri acara
pernikahan yang kedua mempelainya aku sama sekali tak tahu siapa mereka. aku
gak menyeludup sama sekali. Biasanya aku gabung sebagai penjaga makanan. Tahu
kan ? bukan waitres, tapi yang berdiri disetiap stand makanan para tamu dan
kadang meracik makanan, lalu para tamu tinggal ambil makannya. Ini juga
pastinya digaji dan yang ikut parttime
seperti ini kabanyakan mahasiswa kok. Nah, aku biasanya curi-curi waktu untuk
mensket desain yang aku rasa unik dari hasil memerhatikan para tamu undangan.
Nah, satu hari pas aku menghadiri pernikahan sebagai
penjaga makanan, aku melihat para tamu dengan berbagai karakter seperti
biasanya. Tapi kenapa sama sekali tidak ada ide. Ide untuk menciptakan, ataupun
ide untuk mengembangkan dari apa yang aku lihat. Aku memerhatikan setiap tamu
yang hadir, mulai dari dress, kebaya, dan pakaian2 lainnya yang mereka gunakan.
Ohh shit, aku harus pulang membawa
sket paling tidak dua. Aku harus menghasilkan uang, karena aku ingin sekali
ikut nonton konser artis kesukaanku. Aku rasa nama artisnya gak usah aku sebut.
Intinya tiket konsernya mahal sekali, sampai-sampai aku telah menyumpahinya
karena harga tiketnya selangit. Tapi rasa kesalku terhadap harga tiket gak
sebanding dengan rasa ingin bertemuku yang menggebu-gebu padanya, pada idolaku.
Aku hanya ingin melihatnya langsung, ikut bernyanyi dengannya, melihatnya
diatas panggung dengan keringat yang mulai mengalir karena mulai lelah tapi
tetap meladeni kami fansnya untuk menembangkan lagu-lagunya yang luar biasa,
dan banyak lagi khayalanku yang memacuku untuk tetap kekeh membeli tiket sialan
itu. aku juga berharap bisa berfoto berdua dengannya, yang mungkin akan ku
pajang di kamar kostku, dan satu hal lagi, aku telah beli kamera untuk
mengabadikan konsernya tersebut. Kamera ini sangat mahal, kualitas gambarnya
jernih dan aku bisa zoom in gambarnya
hingga 50m dengan kualitas gambar yang sama sekali tidak bercacat. Wooh,
kebayangkan perjuanganku.
Nah, masalahnya kalau hari ini aku tidak menghasilkan
apa-apa percuma dong. Aku harus cari uang dari mana dalam 2 minggu ? masih
kurang setengah dari yang seharusnya. Saat tamu undangan sudah mulai berkurang,
aku jadi semakin lemas. Mungkin satu jam lagi, hall ini akan kosong, pesta
pernikahan akan selesai dan aku akan pulang tanpa membawa sket hanya gajiku
sebagai penjaga stand makanan yang mungkin sebelum sampai kost sudah habis
untuk isi pulsa, makan malam, dan beberapa camilan.
Aku mulai pasrah dan mulai melupakan sket di pesta ini.
Mungkin orang-orang yang hadir hari ini tidak ada yang memiliki aura lebih
bagiku. Seketika itu juga aku melihat sepasang muda mudi yang tampak malu-malu
mengarah temannya yang lain yang sedang memegang kamera. Dan beberapa teman
mereka yang lain tersenyum puas dan beberapa yang tertawa setelah sesi
pemotretan mereka selesai. Aku tidak yakin mereka sepasang kekasih. Mungkin mereka
teman dari mempelai, baru bertemu dan saling kenalan lalu minta difoto sebagai
kenang-kenangan. Atau bisa jadi mereka dicomblangin dengan yang lain dan
dipaksa untuk di foto tanda mereka menerima pencombalangan ini. Atau bisa aja
mereka CLBK. Mungkin dulunya, saling memiliki perasaan dan tidak berakhir
indah. Lalu setelah sekian lama bertemu di pesta pernikahan teman mereka dan
tampaknya mereka masing saling memiliki rasa.
Akhh, ntahlah. Banyak kemungkinan untuk sepasang
muda-mudi itu. setelah aku memerhatikan mereka berdua lamat-lamat, aku jadi
semakin tertarik untuk memandangi mereka lebih. Yang perempuan sungguh cantik.
Tubuhnya akan sangat perfect untuk
seorang model dan berjalan di catwalk.
Demikian juga dengan sang pria yang dari tadi aku lihat sedikit malu-malu. Aku
bahkan tidak tahu, pada detik keberapa sejak aku memerhatikan sang pria, mata
kami kini beradu pandang. Oh..shit, oh my
God. Bisa saja dia beranggapan aku ini cewek aneh. Memandanginya
sebegitunya. Atau mungkin dia berfikir kalau aku ini adalah seorang penguntit ?
noo… dengan sedikit salah tingkah, aku memperbaiki posisiku dan pura-pura
mencari sesuatu yang hilang di bawah meja.
Saat aku bangkit dan sungguh terkejutnya melihat si pria
itu kini ada di depan stand makananku. Ia menyodorkan HPnya ke wajahku. Tepat
didepan wajahku berjarak satu jengkal. “silahkan simpan kontak kamu disini,
nanti malam akan kuhubungi”
Dalam hati aku berteriak sekencang-kencangnya. Dan aku
gak tahu, ekspresi apa yang sedang tergambar di wajahku. Mungkin saja wajahku
lebih merah dibanding saos cabai. Sebelum aku beraksi apa-apa, aku beranikan
menatap wajahnya yang tidak terlalu jauh dariku, “ya ampunn..dia sungguh
ganteng, dan 100x lebih ganteng dari kejauhan. Atau mungkin lebih ganteng dari
artis yang aku bangga2kan 5 tahun terakhir ini ? jantungku mulai berdetak tak
karuan, sampai-sampai aku takut ia mendengar degupan jantung ini”
“kenapa hanya diam ? ayo silahkan save kontak kamu disini. Aku tahu kok, dari tadi kamu
memperhatikanku. Kamu tertarikkan denganku. Jujur saja, untuk saat ini aku sih
belum tertarik pada kamu, tapi siapa yang tahu untuk besok atau lusa”
Deg..jantungku, ohh..jangan meledak…
Comments
Post a Comment