The opini (Nikah muda,NOO !!)

Sumber: Google
Menikah bukan pencapaian,menikah bukan ajang cepet-cepetan, menikah bukan prestasi, tapi menikah adalah pilihan. Pilihan yang menurut saya sangat-sangat-sangat tidak gampang. Karena itu bakal one of the biggest turning point in life. Menikah tidak sekedar melanjutkan hidup, tapi memulai hidup baru dari nol.

Pasti pernah dong mengambil keputusan yang salah? Contohnya, saat masuk SMA dan milih jurusan IPA, setelah dijalani, ternyata ini bukan passion, tapi yaudah sih, dijalani aja,. toh 2thn lagi bakal lulus kok.

Mau yang lebih parah sedikit? Saat masuk kuliah, masih salah ambil jurusan dengan beragam alesan. Ada yang tuntutan orang tua, ada yang ngasal, ada yang coba-coba,ada yang karena keterimanya disitu, yaudah, dijalani aja dulu, manatau ditengah-tengah perkuliahan akan jadi cocok dengan jurusan tersebut. In the reality, masih banyak tuh sampe tamat gak jatuh cinta juga sama jurusan yang udah dia jalani selama 4th. Akhirnya? Bingung lagi saat nyari kerja,mau nyesuaian passion atau background kuliah.

Untungnya, tahap-tahap tadi itu ada jangka waktunya. Kalaupun salah pilih, toh untuk sementara, saat waktunya tiba untuk selesai,yaudah...selesai. Lets move to the next step and begin the new life. BUT...how about marriage?? Absolutly ini gak berlaku. Marriage for life, se-umur hidup dan selama-lamanya. Kebayang gak, forever itu selama apa? Lama bgtttttt. Thats why, mikir ratusan kali untuk nikah, there’s no for the other chance,just once.

Ini baru mikir untuk nikah lhoo, how about siap gak nya?
Aspek siap gak nya buanyak banget. (menurut saya lho ya,) tapi secara garis besar mental, fisik, dan materi. Sekarang tuh ya, banyak sekali yang nikah di usia awal 20-an. Let's say 22th atau 23th. It’s mean, masih fresh graduated. Kerjanya kapan? Begitu lulus langsung nikah? Oke, bagi mereka yang latar belakang berada,ini berlaku. Gak perlu nabung persiapan nikah, dan mungkin calon suami udah punya pemasukan yang oke. 

Balik ke cew usia 23th, apa ia udah siap jadi wanita dewasa,menjadi istri, menjadi ibu? Walaupun sudah siap, sangat disayangkan (kata saya). Kenapa? Karena menurut saya, nikah diusia yang sangat muda,berarti telah melangkahi satu atau beberepa step. 

Contoh kecil,.step bekerja dan step me time. Saya adalah mbak-mbak kantoran yang sedang menyadari betapa step ini penting, dan penting sekali. Why? Saya setiap hari berada dilingkungan orang dewasa dan beragam karakter (ya iyalah, dunia kerja untuk orang dewasa). Punya temen ibu-ibu, punya temen bapak-bapak,punya temen yang se-usia, ini yang memperkaya sikap,cara pikir, dan karakter. Selain itu,gaji bulanan juga masih bisa dihandle sendiri dan ini saatnya me time. Bisa menyalurkan hobby yang tertunda sebelumnya, taulah ya, dulu saat kuliah uang saku terbatas, jangankan traveling, mau makan kfc aja mikir,nah,,,ini saatnya untuk bisa menikmati dan rasanya pasti beda.

Menikah adalah cita-cita yang mulia (kekeke) karena kita akan menjadi seorang yang sangat penting/berguna/dibutuhkan oleh keluarga kita. TAPI, akan lebih baik kalau kamu adalah pribadi yang dibutuhkan/bisa membantu orang banyak. 

(kasarnya) Terlalu egois kalau kamu yang punya skill/kemampuan langsung mendedikasikan dirimu hanya untuk keluarga kecilmu. Apalagi kalau suami ternyata tidak mengizinkan istri untuk bekerja dan harus fokus merawat rumah. 

Hmmm...(trus balas budi ke orang tua caranya gimana? Mau ngasih duit, tapi gak punya pemasukan, nyisihin uang belanja pemberian suami? Atau cukup balas budi dengan ngasih cucu yang lucu-lucu?)

hmmm, jangankan dunia, Indonesia luwas bgt, kapan dong mau di explore kalau udah punya anak? Mungkin bisa sih setelah anak gede, dan uang banyak, dan kalau tenaga masih oke...

Ohhh, saya gak menentang nikah muda, ini hanya opini. Lalu, kapan menikah yang pas? Depend on you,heheh.

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Jaringan Kerja

Pengalengan Maret 2022

Metode Jalur Kritis