Dongeng Anak: Landak Kecil dan Duri Istimewanya

 πŸŒΏ Pindah ke Hutan Baru

Di sebuah pagi yang cerah, seekor landak kecil datang ke sebuah hutan yang rindang.
Hutan itu indah sekali — pohonnya tinggi menjulang, udaranya sejuk, dan banyak hewan yang tinggal di sana: kelinci, tupai, burung, bahkan rusa.

Landak kecil begitu senang dan bersemangat.
“Wah, aku akan punya banyak teman baru di sini!” katanya riang.

Hari-hari pertama berjalan menyenangkan. Ia bermain bersama kelinci, berlari bersama tupai, dan mendengarkan kicau burung di pagi hari. Semua tampak sempurna... sampai suatu hari, sesuatu membuat si landak kecil mulai merasa berbeda.


πŸƒ Minder dengan Diri Sendiri

Lama-kelamaan, si landak mulai merasa malu dan minder.
Ia memperhatikan teman-temannya yang memiliki bulu halus dan lembut, sedangkan dirinya penuh duri tajam.

“Kenapa aku tidak seperti mereka?” pikir si landak sedih.
“Bulu mereka indah dan lembut, sementara aku hanya punya duri yang menusuk.”

Siang itu, saat ia sedang duduk di bawah pohon besar, seekor kelinci datang sambil membawa wortel segar.

“Hai, Landak! Aku bawa makanan untuk kita makan bersama!” kata kelinci ceria.

Tapi ketika kelinci mendekat terlalu cepat, si landak terkejut — dan secara refleks, duri di tubuhnya berdiri!
Kelinci kaget dan melompat mundur. Hampir saja terkena duri tajam itu!

“Aduh! Kamu mau melukaiku, ya?” kelinci menangis ketakutan.
“T-tidak... aku tidak bermaksud begitu,” kata si landak panik.

Namun kelinci sudah terlanjur takut dan pergi sambil menangis.
Landak kecil pun menunduk sedih. Ia tidak bermaksud melukai siapa pun — itu hanya refleks tubuhnya saat terkejut.


πŸŒ™ Musik Sedih di Bawah Bulan

Malam pun tiba. Langit tampak indah dengan bulan bulat sempurna di atas hutan.
Si landak duduk sendirian di bawah pohon sambil memainkan seruling kecil kesayangannya.
Suara serulingnya lembut tapi sendu — seperti isi hatinya yang pilu.

Tiba-tiba, terdengar suara dari atas ranting.
“Wah, permainan sulingmu indah sekali... tapi kenapa terdengar sedih, Landak kecil?”

Si landak menengadah, dan ternyata itu si burung hantu — hewan bijak penghuni hutan malam.

“Oh... hai, Burung Hantu. Aku hanya merasa sedih. Sepertinya aku berbeda dari yang lain. Aku tidak punya bulu lembut, malah punya duri tajam. Bahkan tadi aku hampir melukai Kelinci,” ujar Landak pelan.


πŸ’–Nasihat Bijak dari Burung Hantu

Burung hantu turun dari ranting dan duduk di samping si landak.
Ia tersenyum bijak sambil berkata lembut:

“Landak kecil, jangan bersedih. Semua makhluk diciptakan dengan kelebihannya masing-masing.
Duri di tubuhmu bukan kekurangan, tapi perlindungan. Itu adalah anugerah yang membuatmu bisa bertahan di hutan ini.”

Si landak menatap burung hantu dengan mata berbinar.
“Benarkah begitu?”
“Tentu saja. Kelinci punya kaki cepat untuk berlari, burung punya sayap untuk terbang, dan kamu punya duri untuk melindungi diri. Semua unik, semua istimewa.”

Kata-kata itu membuat hati si landak terasa hangat.
Ia mulai tersenyum lagi dan memainkan serulingnya dengan nada yang lebih ceria.


🌞 Persahabatan yang Pulih

Keesokan harinya, burung hantu terbang menemui si kelinci dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
Kelinci mendengarkan dengan seksama, lalu merasa bersalah karena salah paham.

Si kelinci pun datang menemui si landak.
“Maaf, Landak. Aku tidak tahu kalau kamu kaget waktu itu,” ucap kelinci.
“Tidak apa-apa, Kelinci. Aku juga minta maaf sudah membuatmu takut,” jawab si landak tersenyum.

Sejak saat itu, mereka kembali berteman baik.
Landak kecil tidak lagi merasa minder, dan ia belajar untuk bangga pada dirinya sendiri.

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Jaringan Kerja

Ke -Bandung

Waktu

Metode Jalur Kritis

Being Happy with(out) money.