Sinopsis Film English Vinglish
SINOPSIS FILM ENGLISH VINGLISH
Judul film : English Vinglish
Tahun produksi :
2012
Gendre film :
Family, Comedy
Kenegaraan :
India
Poster Film |
Film English Vinglish ini menceritakan mengenai kehidupan
seorang ibu rumah tangga bernama Shashi. Sashi merupakan sosok IRT yang hampir perfect,
dimana dia adalah istri dari seorang pekerja yang sukses, memiliki 2orang anak
yang cerdas. Disisi lain, Sashi adalah seorang ibu yang tidak suka marah pada
anak-anaknya, pintar masak, dan pastinya memiliki perawakan yang sangat cantik.
Keluarga idaman? Tampaknya mungkin ia, tapi melalui film ini ditunjukkan bahwa
keluarga memang tak pernah lepas dari problem.
Pada film ini, diceritakan bahwa memiliki suami yang
pintar dan sukses juga bisa menjadi problem. Bahkan anak-anak yang pintar dan
cute juga ternyata tidak hanya menjadi sumber bahagia keluarga, tapi bisa juga
menjadi sumber problem. Loh, kok bisa?
(Back to film)
Sashi sering sekali merasa tidak dihargai oleh
keluarganya. Padahal dia merupakan sosok ibu rumah
tangga yang sangat care, bahkan ia
memiliki kemampuan untuk membuat ladoo yang sangat enak. (Ladoo adalah makanan
khas india, sejenis manisan warna kuning, bentuknya bulat). Tapi apa yang ia
dapatkan dari keluarganya? Justru ia hanya mendapatkan 'pelecehan' (tidak dihargai, tidak dianggap penting, dipandang sebelah mata karena secara intelektual ia tidak lebih pintar dari suami dan anak-anaknya).
Suaminya yang seorang kantoran sering sekali pulang malam. Sebagai istri Sashi
akan menunggui suaminya dan menemaninya makan malam walau anak-anak sudah
tidur. Dimata sang suami, itu hal biasa yang semata-mata kewajiban istrinya.
Satu moment, sekolah mengadakan PTA (Parent-Teacher Association) sejenis konsultasi antara orangtua siswa dan guru. Ketepatan si ayah tidak punya waktu untuk menghadiri acara sekolah anaknya, mau tidak mau si ibu harus turun tangan. Si anak tidak ingin ibunya yang pergi, karena ia paham betul kalau ibunya tidak pintar, khususnya berbahasa inggris. Sedangkan si anak bersekolah di sekolah internasional yang mana bahasa inggris menjadi bahasa sehari-hari. Seperti yang dikhawatirkan oleh anaknya, Sashi sungguh mempermalukannya. Ibunya bukannya bicara dalam bahasa inggris, tapi justru berbicara dalam bahasa Hindi saat konsultasi dengan kepala sekolah. Saat si ibu merasa bangga bisa datang ke sekolah anaknya dan mengetahui anaknya ternyata adalah siswa teladan, Sashi sungguh bahagia, dilain sisi anaknya merasa dipermalukan oleh ibu sendiri yang tidak lebih pintar darinya.
Satu moment, sekolah mengadakan PTA (Parent-Teacher Association) sejenis konsultasi antara orangtua siswa dan guru. Ketepatan si ayah tidak punya waktu untuk menghadiri acara sekolah anaknya, mau tidak mau si ibu harus turun tangan. Si anak tidak ingin ibunya yang pergi, karena ia paham betul kalau ibunya tidak pintar, khususnya berbahasa inggris. Sedangkan si anak bersekolah di sekolah internasional yang mana bahasa inggris menjadi bahasa sehari-hari. Seperti yang dikhawatirkan oleh anaknya, Sashi sungguh mempermalukannya. Ibunya bukannya bicara dalam bahasa inggris, tapi justru berbicara dalam bahasa Hindi saat konsultasi dengan kepala sekolah. Saat si ibu merasa bangga bisa datang ke sekolah anaknya dan mengetahui anaknya ternyata adalah siswa teladan, Sashi sungguh bahagia, dilain sisi anaknya merasa dipermalukan oleh ibu sendiri yang tidak lebih pintar darinya.
Sashi dan anaknya pada saat PTA |
Suatu hari saat keponakan Sashi yang berada di New york
akan menikah, ia harus berangkat sendiri demi membantu persiapan pernikahan. Khawatir
dan takut. Hanya itu yang dia rasakan. Bagaimana tidak, ia tidak pernah kemana-mana
sebelumnya, dan ia samasekali tidak bisa bicara dalam bahasa inggris. Ini juga
merupakan penerbangan pertamanya. Ia pun sibuk mempersiapkan diri dengan
menghapal beberapa kalimat untuk jaga-jaga jika saat check in. Penerbangan pertama yang tadinya meneggangkan, terbantu
dengan seorang penumpang yang duduk disebelahnya. Yang mana penumpang ini
merupakan seorang pria paruh baya yang care
dan bodo amat. Berkat pria ini, Sashi bisa menikmati penerbangan pertama dengan
enjoy. Diakhir pertemuan mereka (di
bandara NY) si Pria paruh baya ini berkata “Ini
adalah kunjungan peretamamu ke AS. Pengalaman pertama hanya terjadi sekali. Setiap
pengalaman pertama adalah istimewa. Jadi nikmatilah..” (bisa jadi quotes
untuk kalian-kalian yang takut untuk make the first step..hehew)
NB. Pria paruh
baya ini diperankan oleh eyang Amitabh Bachchan, dan eyang ini menurut saya
scence stealer juga sih.
Setelah sampai di NY, Sashi senang dan sedih. Why? Ia senang
karena bisa melihat hal baru dan berbeda dengan kesehariannya di India. Sedihnya?
Para ibu pasti merasakannya, bagaimana sepi dan sedihnya jika harus
meninggalkan rumah, anak dan suami selama berhari-hari. Ditambah ternyata para
saudaranya yang ia kunjungi juga sering menggunakan bahasa inggris saat
ngobrol. Sashi semakin merasa insecure.
Satu hari, kemenakan Sashi mengajaknya jalan-jalan dan
tidak sengaja ia melihat iklan kursus bahasa inggris. Sashi pun mendaftarkan
diri tanpa sepengetahuan saudaranya. Saat saudara-saudaranya keluar rumah untuk
urusan masing-masing, ia pun akan keluar ke tempat les. Seperti pengalaman
pertamanya saat naik pesawat, semuanya serba susah, ribet, bingung harus mau
ngapain. Hal tersebut terjadi lagi. Naik kreta yang mana, peron yang mana,
turun dimana, semua membingungkan. Tapi pada hari-hari berikutnya semua terasa
semakin mudah. Semua bergantung pada kebiasaan. Isn’t it?
Pada kursus bahasa inggris ini, ternyata semua peserta
les adalah orang-orang dari berbagai negeri yang bahasa ibunya bukan bahasa
inggris. Ada yang dari Prancis, Cina, India, dll. Ditempat les ini, Sashi untuk
pertama kalinya merasa dihargai lagi. Karena teman-temannya di tempat les
saling mengapresiasi setiap perkembangan bahasa inggrisnya. Satu hal yang
penting, seorang pria Prancis teman lesnya ternyata menaruh hati padanya, dan
pria ini mengungkapkannya di depan seluruh teman les mereka. Sejenak, Sashi
bimbang. Ia bertemu pria yang begitu baik dan care. Disisi lain, ia sudah punya keluarga, tapi tak pernah peduli
padanya.
Teman-teman kelas les |
Kelanjutannya silahkan filmnya ditonton sendiri.
Menurut saya, ini film highly recomended. Khususnya sebagai perempuan, secantik apapun
perawakanmu, pintar itu penting. Walaupun lelaki terbukti makhluk visual,
mereka juga butuh teman sharing yang sepadan dengannya. Para lelaki, apresiasi
wanitamu apapun sklillnya. Suami-istri bukan sebagai tuan dan majikan, tapi
partner yang sepadan. Tidak ada gap
yang terlalu jauh.
Comments
Post a Comment