tertinggal sepotong hati
Kini aku dan Bolang duduk
saling berhadapan. Mungkin kalau kalian ada disana, kalian akan melihat jelas
wajah tomatku. Tak bisa dihitung bahagiaku. Sengaja kukenakan gaun selutut
berwarna putih mengkilap untuk membalut tubuh rampingku agar terlihat sempurna
di mata Bolang. Sudah dua bulan terakhir kami tidak dinner bareng, maklum kami
super sibuk dengan tugas kantor kami masing – masing.
Selepas dinner, hal yang tak
kuduga dari awal. Ini bukan dinner perfect seperti yang kuharapkan. Ini adalah
dinner yang membawaku ke lautan broken
heart yang mungkin membuat akan hidupku terasa masam.
Tanpa bertanya, Bolang
sematkan sebuah cincin itu di jari manisku yang dia keluarkan dari sebuah kotak
kecil berwarna hitam. Bolang mengangkat lembut daguku. Dia tatap wajahku lamt - lamat.
“Mel..aku tahu kau mencintaiku.
Sangaat mencintaiku. Kau wanita yang baik, cantik, juga setia. Tapi maafkan aku
Mel. Ada wanita lain yang telah membawa lari separuh hatiku. Aku gak bisa
menjalani hidup hanya dengan sepotong hati yang tersisa.”
Mendengar kalimat barusan lututku
terasa bergetar. Tak sanggup lagi menopang tubuh ini. Tak kurasakan lagi
dinginnya malam yang menusuk tulangku. Aku seperti debu tersiram hujan. Musnah.
Habis semua.
“Jika besok sepotong hatimu
itu telah kau temukan, apakah kau akan kembali padaku? Bila esok hati mu sudah
utuh kembali, aku rasa kau bisa jalani hidupmu kembali dengan normal bersamaku
bukan ?” Aku menelan ludah. Berusaha mengusir sesak yang menyelimuti hati.
Tanpa membalas ocehan tololku,
sebuah kecupan mendarat di jidatku. Entahlah, aku tak tahu terjemahan kecupan
barusan. Mataku nanar menatap punggungnya hilang dibalik pintu mobil hitam
mewah miliknya. Lang..aku juga gak bisa melanjutkan hidupku hanya dengan
sepotong hati yang tersisa. Sepotong hati yang sudah rusak. Tidak utuh lagi.
Aku menyeka sudut – sudut
mataku. Ku pandangi cincin yang baru saja dia sematkan di jariku.
Comments
Post a Comment