SMA atau SMK ?

Sekitar dua setengah tahun lalu, saya merupakan salah satu dari banyak sekali lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA). Sekitar lima setengah tahun lalu, saya adalah lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saat lulus dari SMP, saya melanjut ke SMA. Kenapa SMA dan bukan SMK ? Kira-kira seperti inilah alasan saya mengapa memilih SMA :

1. Terlalu tidak tahu apa itu SMA dan SMK, tetapi SMA itu lebih familiar dan kesannya SMA itu jauh lebih baik dibanding SMK.

2. SMK cenderung sebagai “pembuangan” siswa yang tidak berhasil masuk SMA dan siswanya bandel-bandel.

3. SMA lebih bergengsi dan siswa SMA lebih bergengsi dibanding siswa SMK.

4. Tamatan SMA akan melanjut keperguruan tinggi, dan tamatan SMK akan bekerja.

5. Didunia kerja, tamatan SMA yang sudah bergelar sarjana akan “mengalahkan” tamatan SMK yang telah lebih dahulu masuk ke dunia kerja.

6. Masih banyak lagi anggapan-anggapan yang saya simpulkan sendiri dimana SMA itu adalah pililhan yang terbaik untuk melanjutkan study setelah tamat dari SMP.

Bahkan saya pernah hampir putus asa, karena saya tidak diterima di satu SMAN ternama di daerah saya. Peminat SMAN tersebut sangat-sangat banyak. Mungkin perbandingan kuota dan pendaftar ialah 1 : 50 saking favoritnya sekolah tersebut. Bahkan issue-isuenya orang tua siswa akan rela mengeluarkan biaya yang tidak sedikit agar anak mereka bisa bersekolah di sekolah tersebut.

Ada begitu banyak rangkaian test yang dilakukan dari pihak sekolah untuk menyaring calon siswa, dari test potensial akademik, test pengetahuan, hingga kesehatan. Seluruh rangkaian tersebut menghabiskan waktu satu minggu. Mereka (pihak sekolah) mengadakan system gugur. Jika sudah gugur ditahap tertentu, maka tidak akan ada kesempatan untuk ikut tahap selanjutnya. Saya bahkan mengikuti semua tahap, tapi pada pengumuman terakhir nama saya tidak tercantum. Itu berarti saya tidak lolos.

Mau tidak mau, saya harus melanjutkan sekolah. Dan pastinya saya tetap memilih SMA. Tiga tahun di SMA, lalu tiba waktunya untuk melanjut ke perguruan tinggi. Karena kurangnya wawasan, saat pemilihan jurusanpun saya hanya berdasarkan mata pelajaran yang selama ini saya minati. Tidak banyak pertimbangan mengapa saya memilih jurusan tersebut, bagaimana kedepannya untuk dunia kerja dan sebagainya. Saya tidak melakukan hal tersebut. Singkat cerita, saya lulus ujuan SNMPTN dan diterima disalah satu universitas negeri (pendidikan) di Indonesia. Saya jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan. Selama diperkuliahan banyak hal yang dipelajari mengenai pendidikan, karena nantinya saya akan menyandang gelar S.Pd. tetapi pendidikan yang saya pelajari dikhususkan pada pendidikan SMK.

Saya yang adalah lulusan SMA, jika sekarang disuruh untuk memilih kembali SMA atau SMK, maka saya akan memilih SMK. Kenapa ?

jika dibandingkan lulusan SMA dan SMK, maka akan seperti ini :
No
Lulusan SMA
Lulusan SMK
1
Tidak dibekali keterampilan bekerja
Dibekali keterampilan bekerja
2
Tidak mengenal dunia kerja
Telah diperkenalkan dunia kerja lewat PKL
3
Tidak dibekali ilmu kewirausahaan
Dibekali dengan ilmu kewirausahaan
4
Lulusannya harus melanjut kuliah
Pilihan melanjut kuliah atau bekerja


Lulusan SMA banyak yang mencari pekerjaan bagi yang tidak melanjut kuliah, dan pastinya lebih banyak yang tidak melanjut dibandingkan yang melanjut. Karena kursi diperkuliahan sangat terbatas, khususnya perguruan tinggi negeri. Sayangnya tamatan SMA tidak punya keterampilan yang lebih untuk bekerja dan tidak punya bekal kewirausahaan untuk membuka usaha sendiri. Untuk lulusan SMK, mereka setidaknya sudah dibekali dengan keterampilan bekerja dan ilmu dasar kewirausahaan. Dan jika ingin melanjutkan ke perguruan tinggi, juga tidak menutup kemungkinan.

Ekonomi di Negara kita tidak begitu bagus dan lowongan yang tersedia juga sangat sedikit. Pertumbuhan jumlah pencari kerja dengan lowongan kerja tidak sesuai. Akan sangat menolong jika lowongan kerja itu diciptakan, bukan selalu dicari. Paling tidak bisa menciptakan lowongan kerja untuk diri sendiri. Mungkin ini juga alasan pemerintah untuk merubah perbandingan SMA : SMK yang dulunya 70:30, akan menjadi 30:70.

Ternyata selama ini, pemikiran saya mengenai SMK yang kurang bagus sama sekali tidak benar. Bahkan satu setengah tahun lalu, adik saya yang lulusan SMP saya beri pertimbangan untuk memilih SMA atau SMK, akhirnya dia putuskan untuk melanjut di SMK. Dan memang harapan saya agar dia melanjut di SMK saja.

Jadi buat siapapun yang akan melanjut, harus dipertimbangkan matang-matang mengenai pilihan kalian. apalagi zaman sekarang, ada internet yang akan menjawab semua pertanyaan kalian. juga banyak bertanya pada orang-orang disekitar kalian yang telah lebih dahulu menjalaninya.





Comments

Popular posts from this blog

Contoh Jaringan Kerja

Pengalengan Maret 2022

Metode Jalur Kritis